Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tir Rismaharini (Risma) terus mengupayakan sejumlah langkah strategis untuk meminimalkan penyebaran virus corona COVID-19 di Surabaya, Jawa Timur.
Langkah tersebut meliputi penerapan protokol kesehatan di ruang-ruang publik hingga membentuk satuan-satuan kecil di tengah masyarakat.
Baru-baru ini, Wali Kota Surabaya menggelar konferensi vidio (video conference) bersama Lurah sekota Surabaya. Dalam pertemuan daring tersebut, Risma menyatakan bahwa lurah merupakan ujung tombak pemimpin yang mengetahui langsung kondisi masing-masing masyarakat di wilayahnya.
Advertisement
"Kalau ada warga yang sedang kesulitan ayo turun, mumpung kalian bisa berbuat baik, tidak semua orang diberikan kesempatan. Jangan sampai ketika ada warga yang sakit tidak ada yang tahu," kata Wali Kota Risma saat menggelar video teleconference (vidcon) bersama lurah se-Surabaya di Halaman Balai Kota, Sabtu, 20 Juni 2020.
Baca Juga
Melalui vidcon tersebut, Wali Kota Risma juga menginstruksikan lurah agar terjun langsung ke lapangan untuk mengarahkan masyarakat harus berbuat apa. Khususnya di tengah menghadapi pandemi COVID-19 seperti saat ini, dirangkum dari surabaya.go.id.
"Anda sama seperti saya, cuma lingkupnya lebih kecil. Saya berharap sekali lagi ayo kita turun, kita lihat masyarakat barangkali ada warga yang butuh bantuan bapak ibu sekalian. Diarahkan masyarakatnya harus berbuat apa, harus apa. Kalau kerja tulus tidak perlu takut," pesan dia.
Melalui Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 28 tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru Pada Kondisi Pandemi COVID-19, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus bersosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat, seperti dikutip dari laman Surabaya.go.di, dirangkum Selasa, (23/6/2020):
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Mengubah Kebiasaan Pengunjung Pusat Perbelanjaan hingga Kafe
Wali Kota Risma mengatakan, saat ini kondisi Surabaya masih belum aman dari penyebaran COVID-19. Oleh karena itu ia membuat protokol-protokol kesehatan di semua sektor yang salah satunya di pusat perbelanjaan, restoran dan kafe.
"Ini harus saya lakukan supaya ekonomi kota tetap berjalan. Karena itu saya membutuhkan support dan dukungan untuk bisa kita disiplin dan menjaga protokol kita secara ketat," kata dia saat menggelar sosialisasi melalui video teleconference (vidcon) bersama pengelola pusat perbelanjaan, Rabu, 10 Juni 2020.
Hal yang paling penting adalah mengubah kebiasaan pengunjung atau konsumen agar mau disiplin. “Tapi yang berat mungkin merubah kebiasaan. Namun kita harus yakin bahwa semua itu bisa kita lakukan,” tutur dia.
Dia menuturkan, jika para pengusaha tidak disiplin dan mengabaikan protokol kesehatan, ia takut penularan COVID-19 bisa saja terjadi di lingkup usaha. Sehingga hal ini dapat berimbas pada ditutupnya sektor usaha yang berdampak pula pada ekonomi yang tak berjalan.
“Yang harus kita lakukan adalah disiplin untuk aturan protokol kita. Kalau kita mau tidak lockdown, maka kita harus disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan,” jelasnya.
Advertisement
Berani Mencoba, Berani Mengerjakan
Wali Kota Risma membutuhkan dukungan penuh dari semua pihak. Salah satunya adalah para pengelola moda transportasi atau otoritas jasa angkutan di Jawa Timur untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
“Kita harus berani mencoba dan kita harus berani mengerjakan, protokol-protokol yang ada itu kita harus ikuti dengan baik. Kita harus sampaikan ke semua, mulai helper, driver mereka harus mengerti protokol-protokol itu dengan ketat, tidak boleh ceroboh," ujarnya.
Risma juga menyampaikan, pemberhentian sementara operasional jasa angkutan di masa PSBB kemarin agar menjadi sebuah pelajaran bersama. Karenanya, ia berharap, ke depan pengelola transportasi atau otoritas jasa angkutan semakin disiplin menjalankan protokol kesehatan.
"Jadi bapak ibu sekalian kami sudah siapkan protokol-protokol untuk transportasi. Nanti ada Transportasi Tangguh Wani Jogo Suroboyo. Memang di awal sulit, tapi saat kemudian ke depan akan jauh lebih mudah,” tutur dia.
Ia mencontohkan, dalam protokol kesehatan itu disebutkan bahwa pengelola transportasi harus membentuk satgas yang bertugas mengontrol proses angkutan.
“Jadi artinya helper atau driver itu juga punya tanggung jawab, kita harus berani melakukan itu. Sebab, kalau sampai terjadi sesuatu, maka kondisinya akan jauh lebih berat. Karena itu saya mohon bantuan bapak ibu sekalian untuk menjaga protokol ini sehingga kita tidak perlu kembali seperti kemarin atau bahkan lebih buruk lagi,” paparnya.
Jangan Menunggu Satpol PP
Walikota Surabaya Tri Rismaharini menggelar video teleconference (vidcon) dengan pedagang Sentra Wisata Kuliner (SWK) di Kota Surabaya, Rabu, 17 Juni 2020.
Dalam kesempatan tersebut, Risma mengimbau kepada para pedagang untuk selalu mematuhi protokol kesehatan, menurut dia butuh kerja sama dari berbagai pihak untuk mengurangi resiko penyebaran COVID-19 ini.
“jangan nunggu ada satpol PP , Linmas, atau Dinas Koperasi baru disiplin, tapi ketika tidak ada malah sembrono. Tolong saling mengingatkan, jika ada temannya yang tidak patuh pada protokol. Ini demi kebaikan kita bersama” ujar Wali Kota Risma.
Risma mengungkapkan protokol kesehatan tersebut wajib dilaksanakan semua pedagang tanpa terkecuali. “Kalau bisa pakai face shield. Itu bisa bikin sendiri kalau beli pun harganya tidak mahal,” lanjut dia.
Advertisement
Tegur Konsumen yang Langgar Protokol Kesehatan
Agar protokol kesehatan di era normal baru berjalan efektif, Risma meminta kepada para pedagang kelontong di Kota Surabaya agar menegur konsumennya yang tak patuh pada protokol tersebut.
Wali Kota Risma mengajak kepada 876 pengelola toko kelontong yang terletak di 31 kecamatan agar tertib dan displin dalam menjalankan perwali. Baik yang terletak di perkampungan maupun toko kelontong yang ada di rumah susun (rusun).
"Bapak ibu aturan yang saya buat ini adalah minimal. Tidak boleh kurang dari ini. Silahkan dikembangkan,” kata Risma mengawali sosialisasinya, Jumat, 19 Juni 2020.
Penjual atau pengelola toko kelontong wajib menyediakan tempat cuci tangan di depan toko sebelum pembeli masuk. Selain itu, pihaknya juga menekankan agar di bagian kasir diberi pembatas plastik agar ada sekat antara pedagang dan pembeli.
Protokol Dasar Tak Bisa Diterapkan di Sekolah
Menurut Risma, setiap sekolah memiliki karakteristik siswa dan lingkungan berbeda. Oleh sebab itu, Ia meminta kepada tiap sekolah untuk mengembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan di masing-masing sekolah, Minggu, 14 Juni 2020.
"jangan sampai sekolah memutuskan sendiri, sementara komite sekolah tidak tahu. Oleh karena itu harus dibicarakan bersama, antara komite sekolah dengan sekolah harus ada kesepakatan bersama,” kata Risma.
Dia mengatakan, protokol kesehatan untuk sekolah tidak bisa jika hanya menggunakan protokol dasar seperti memakai masker, cuci tangan atau menjaga jarak.
Namun, harus dibuat lebih detail seperti aturan bagaimana para siswa masuk halaman sekolah, masuk ke kelas masing-masing, berapa jumlah murid dalam satu kelas, bagaimana cara duduk di kelas agar tidak berhadapan, harus disusun dengan sangat detail untuk keamanan anak-anak.
Advertisement