Liputan6.com, Surabaya - Arif Wicaksono (30) warga Pengampon Surabaya, Jawa Timur mengaku dirinya merasakan gerah atau sumuk sejak dua hari terakhir ini.
"Tiap malam saya selalu berkeringat. Padahal tidak sedang beraktivitas, cuma duduk-duduk saja tapi tetap saja berkeringat," ujar Arif kepada Liputan6.com, Jumat (25/9/2020).
Arif mengaku selalu berkeringat setiap malam. Ia bertanya kepada diri sendiri apa badan yang sedang sakit. "Saya juga sempat merasa bingung kenapa saya selalu berkeringat setiap malam, apa badan saya yang sedang sakit atau memang hawanya yang membuat kayak begini," ucapnya.
Advertisement
Baca Juga
Dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas 1 Juanda, Teguh Tri Susanto menuturkan, hawa gerah itu wajar terjadi karena musim kemarau akan berakhir. Fasenya, pada siang hari belum ada pertumbuhan awan menengah. Ketika sore sampai malam sudah tumbuh awan menengah.
"Awan menengah ini menyebabkan suhu di permukaan akan menjadi lebih sumuk atau panas," ujar dia.
Selain pertumbuhan awan menengah, lanjutnya, hal lain yang mempengaruhi hawa gerah ialah radiasi matahari. Nah radiasi inilah mengarah ke bumi.
"Karena radiasi matahari yang di bumi akan dipancarkan kembali ke langit, itu akan kembali lagi ke bumi kena pantulan awan. Jadi mekanismenya seperti itu," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Masa Transisi
Kondisi ini, lanjut Teguh, tidak akan berlangsung lama. Sebab, BMKG Juanda memprediksi pada Oktober 2020 sudah mulai transisi musim kemarau ke penghujan. Kemudian November nanti, awal musim penghujan baru akan kelihatan.
"Sebenarnya kita masih memasuki musim penghujan untuk masa transisi itu di Oktober. Awal musim penghujan kalau di Surabaya didominasi November minggu ke dua atau tiga," ujar dia.
Advertisement