Liputan6.com, Jakarta - Kampung nelayan Bulak Nambangan, Pantai Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur diterjang gelombang tinggi dan angin kencang pada Rabu malam, 11 November 2020.
Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak, Arrizal Rahman memperkirakan, kondisi itu akan terjadi dalam waktu tiga hingga lima hari ke depan di pesisir Surabaya. Ia menuturkan, pasang air laut akan mencapai 130 cm dari rata-rata tinggi muka air laut.Namun, Arrizal menuturkan, kondisi cuaca ekstrem terjadi pada Rabu malam 11 November 2020.
"Tiga hingga lima hari ke depan, pasang air laut masih tinggi capai 130 cm dari rata-rata tinggi muka air laut. Kondisi ekstrem tadi malam,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (12/11/2020).
Advertisement
Baca Juga
Ia mengatakan, kondisi gelombang tinggi dan angin kencang berdampak ke kapal nelayan sehingga bisa ke daratan. Ia imbau nelayan untuk antisipasi dan waspadai hal tersebut.
Ia juga meminta agar nelayan menunda ke laut seiring gelombang tinggi di Selat Madura bagian barat bisa mencapai satu meter. "Waspadai banjir rob karena pasang air laut,” kata dia di Surabaya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penyebab Gelombang Tinggi dan Angin Kencang Terjang Kenjeran Surabaya
Gelombang tinggi dan angin kencang menerjang kampong nelayan Bulak Nambangan, Pantai Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur.
Mengutip instagram @lovesuroboyo, Kamis, 12 November 2020, beberapa perahu nelayan dan rumah warga pesisir ada yang rusak akibat diterjang badai angin kencang pada Rabu, 11 November 2020. “Alhamdullilah, kini air sudah surut dan tidak ada korban jiwa,” dikutip dari instagram @lovesuroboyo.
Sementara itu, mengutip instagram @ini_surabaya menggungah video yang menunjukkan angin kencang dan gelombang tinggi telah mendorong air laut masuk ke permukiman warga. Selain itu, sejumlah perahu nelayan pun terkena dampak akibat gelombang tinggi tersebut.
Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak, Arrizal Rahman menyampaikan penyebab cuaca ekstrem pada Rabu malam, 11 November 2020 yang menerjang kampong nelayan di Kenjeran Surabaya. Pertama, terjadi fetch. Arrizal menjelaskan, angin dengan arah konstan dari area luas dengan tekanan tinggi di selatan Indonesia dengan wilayah barat Sumatra.
"Wilayah selatan Indonesia 1.000 milibar sedangkan barat Sumatra 1.006 milibar, Wilayah selatan dekat Australia berhembus angin kencang arah konstan dengan kecepatan tinggi, jadi beda tekanan tinggi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis pekan ini.
Kedua, gelombang tinggi di Selat Madura bagian barat sekitar 0,5 meter-1 meter. Ketiga, gelombang tinggi dan angin kencang itu juga bertepatan dengan pasang air laut.
"Kejadian pukul 09.00-10.00 malam itu bertepatan dengan pasang air laut maksimum 70-80 dengan tinggi air muka laut,” kata dia.
Advertisement