BPS: Neraca Dagang Jawa Timur Defisit USD 513,44 Juta hingga November 2020

Sepanjang November 2020, neraca perdagangan defisit sebesar USD 166,73 juta di Jawa Timur.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Des 2020, 20:40 WIB
Diterbitkan 15 Des 2020, 20:39 WIB
Perdagangan Ekspor Impor di Masa Pandemi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Perbaikan kinerja ekspor dari Kuartal II sebesar minus 11,7 persen menjadi minus 10,8 persen di Kuartal III dan kuartal IV menjdi pijakan untuk perbaikan ditahun 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) mencatat neraca perdagangan Jatim defisit sebesar USD 513,44 juta selama Januari-November 2020.

Defisit neraca itu itu disumbangkan selisih perdagangan ekspor-impor di sektor nonmigas yang surplus USD 1,67 miliar. Akan tetapi, selisih perdagangan ekspor impor di sektor migas justru defisit sebesar USD 2,18 miliar. Selama Januari-November 2020, ekspor yang keluar Jawa Timur sebesar USD 17,44 miliar atau turun 6,05 persen dibandingkan Januari-November 2019.

Negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada Januari-November 2020 adalah Jepang mencapai USD 2,62 miliar dengan peranan 15,64 persen disusul ekspor ke Tiongkok sebesar USD 2,49 miliar dengan peranan 14,89 persen. Kemudian ekspor ke Amerika Serikat sebesar USD 2,3 miliar dengan peranan 13,71 persen.

Ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN mencapai USD 3,15 miliar dengan kontribusi sebesar 18,78 persen, sementara ekspor nonmigas ke Uni Eropa sebesar USD 1,3 milair dengan kontribusi sebesar 7,73 persen. Demikian mengutip laman BPS Jawa Timur, Selasa (15/12/2020).

Sementara itu, selama Januari-November 2020, impor yang masuk ke Jawa Timur sebesar USD 17,95 miliar atau turun 15,66 persen dibandingkan Januari-November 2019 yaitu sebesar USD 21,29 miliar.

Negara asal barang impor nonmigas terbesar selama Januari-November 2020 dari Tiongkok sebesar USD 4,37 miliar (28,98 persen), disusul dari Amerika Serikat (AS) sebesar USD 1,15 miiar atau 7,61 persen dan impor dari Thailand sebesar USD 702,36 juta (4,66 persen).

Sementara itu, impor nonmigas dari kelompok negara ASEAN sebesar USD 2,11 miliar (14,01 persen), sementara impor nonmigas dari Uni Eropa mencapai USD 1,28 miliar (8,46 persen).

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Neraca Dagang Sepanjang November 2020

Perdagangan Ekspor Impor di Masa Pandemi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Deputi Bidang Perekonomian Setkab Satya Bhakti Parikesit menyampaikan upaya pemulihan ekonomi di tengah pandemi pemerintah telah mengeluarkan stimulus di sektor perdagangan. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sepanjang November 2020, neraca perdagangan defisit sebesar USD 166,73 juta. Defisit ini disebabkan karena ada selisih nilai perdagangan yang negatif baik pada sektor migas dan nonmigas.

Selisih nilai perdagangan pada sektor migas tercatat USD 106,05 juta, sedangkan selisih nilai perdagangan pada sektor nonmigas mengalami defisit sebesar USD 60,69 juta.

Pada November 2020, ekspor Jatim masih didominasi oleh sektor industri dengan nilai ekspor USD 1,28 miliar atau dengan peranan 79,41 persen dari total ekspor.

Kemudian ekspor sektor migas senilai USD 171,93 juta dengan kontribusi 10,63 persen. Sektor pertanian senilai USD 156,85 juta dengan peranan 9,7 persen, ekspor pertambangan dan lainnya senilai USD 4,29 juta dengan kontribusi 0,27 persen.

Selama November 2020, impor Jawa Timur masih didominasi oleh bahan baku dan penolong senilai USD 1,41 miliar yang berkontribusi 79,12 persen. Kemudian impor barang-barang konsumsi senilai USD 228,69 juta atau dengan peranan 12,82 persen. Barang-barang modal merupakan kelompok impor terkecil dengan peranan sebesar 8,06 persen atau senilai USD 143,91 juta.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya