35 Tahun Tragedi Wirjo, Pelaku Pembantaian Puluhan Warga Banyuwangi Dalam Sehari

Sisa-sisa trauma warga Banyuwangi, tampaknya masih melekat setiap memasuki pertengahan April di setiap tahunnya. Ada apa?

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 14 Apr 2022, 18:01 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2022, 18:01 WIB
Lokasi tempat ditemukanya Wirjo tewas di sungai Siwuran lingkungan Concrong. (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Lokasi tempat ditemukanya Wirjo tewas di sungai Siwuran lingkungan Concrong. (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Banyuwangi Sisa-sisa trauma warga Banyuwangi, tampaknya masih melekat setiap memasuki pertengahan April di setiap tahunnya.

35 tahun silam, tepatnya Rabu 15 April 1987, terjadi tragedi mengerikan yang dilakukan oleh seorang pria paruh baya bernama Wirjo asal Desa Banjarsari, Kecamatan Glagah . Dia menebas siapapun yang dijumpai di sepanjang jalan wilayah Kecamatan Glagah.

Diduga kuat, Wirjo mengamuk dan membantai lantaran bertikai dengan sang istri. Wirjo geram dan mencoba membunuh istrinya menggunakan celurit, namun tak berhasil, istrinya berhasil  melarikan diri.

Sebagai pelampiasan, anak angkanya Renny juga nyaris mati di tangan Wirjo, beruntung Renny yang saat itu masih berusia 4 tahun berhasil kabur. Namun, teman bermain Renny, yakni Arbaiyah lehernya dipukul Wirjo hingga meregang nyawa.

Sifatnya yang memang terkenal temperamental dan angkuh membuat emosi Wirjo terus menggebu. Wirjo berjalan menyusuri jalan dan membantai warga secara acak menggunakan celurit tajam.

"Saat itu saya sedang berjaga di sebuah acara, sekitar pukul setengah tujuh, tiba-tiba ada teriakan dari sebelah timur Desa Banjarsari, bahwa ada orang ngamuk," kata Mbah Sukar yang saat itu menjadi Hansip di Desa Kemiren, desa sebelah Banjarsari, Kami (14/4/2022).

Kala itu, Mbah Sukar berusia 42 tahun, kapasitasnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat membuat jiwanya tergugah untuk melindungi warga

Sekolah Diminta Ditutup

Makam Wirjo di pemakaman umum Desa Banjarsari Banyuwangi. (Istimewa)
Makam Wirjo di pemakaman umum Desa Banjarsari Banyuwangi. (Istimewa)

Sontak dia meminta seluruh sekolah untuk ditutup sementara dan murid diliburkan, tak hanya itu, bagi wanita juga tidak boleh keluar rumah dan mengunci rapat-rapat pintu rumah.

Wirjo terus beraksi, dalam beberapa jam dia telah menebas 37 orang, 20 orang di antaranya tewas di tempat, sedangkan korban lainnya masih bisa terselamatkan.

Mirisnya, ibunda Sukar bernama Suindah Rasmani juga turut menjadi korban, perempuan itu dibunuh saat memanen kelapa.

"Ibu saya adalah korban terakhir dari Wirjo, saat itu ditebas menggunakan celurit di bagian leher belakang dan meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit," ujar Sakur.

Melihat orang yang paling dicintainya mati di tangan Wirjo, Sakur berang lalu mengambil sebilah parang dan lari untuk menantang Wirjo bertarung satu lawan satu.

Namun di tengah jalan warga menghadang Sakur, meredam emosinya dan memberitahu jika Wirjo telah mati bunuh diri di sebuah sungai tengah persawahan di hilir sungai siwuran yang terletak di Dusun Concrong.

"Tiba-tiba mendengar kabar kalau Wirjo sudah meninggal gantung diri," ungkap Mbah Sukri.

Saat ini, tragedi pembantaian yang dilakukan Wirjo, 35 tahun silam telah menjadi cerita seram dan terus melekat dalam rekaman sejarah masyarakat Banyuwangi, khususnya wilayah Kecamatan Glagah. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya