Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi unjuk kebolehan bermain ludruk dengan berperan sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya dalam pertunjukan ludruk merayakan Hari Jadi Kota Pahlawan ke 729.
Ludruk tersebut menceritakan asal mula terbentuknya Kota Surabaya pada zaman Kerajaan Majapahit. Pertunjukan itu dimulai dari penampilan seni tari Remo, setelah itu Parikan sebagai penanda dibukanya pertunjukan ludruk bertema Hoedjoeng Galoeh Asal Muasal Nama Surabaya.
Di awal pertunjukkan, pentolan grup ludruk Luntas, Robets Bayoned membuka dengan gaya bahasa khas Suroboyo-an. Penonton seisi studio pun tertawa terhibur, termasuk Wali Kota Eri Cahyadi serta jajaran Forkopimda Surabaya.
Advertisement
Tak lama kemudian, Eri tampil sebagai raja yang memimpin pasukan Majapahit untuk melawan pasukan sekaligus mengusir tentara Tartar dari Kekaisaran Mongol. Pengalaman ini membuat Eri ketagihan ingin ngeludruk lagi di lain kesempatan.
"Mendebarkan, nagihin, dadi engko lek main maneh wis tatak atine (pengalaman pertama mendebarkan, bikin nagih, nanti kalau manggung lagi bakal lebih mantap hatinya)," ujar Eri, Selasa (31/5/2022).
Eri menyebutkan, rencana ke depannya akan kembali ngeludruk bersama jajaran Forkopimda Surabaya, tujuannya adalah untuk melestarikan kesenian sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Pahlawan.
"Setelah pandemi Covid-19 ini, salah satu cara kita menggerakkan perekonomian adalah dengan kesenian secara masif di Surabaya," ucapnya.
Lestarikan Kesenian
Eri juga mendukung grup ludruk Luntas untuk melestarikan kesenian khas Surabaya. Menurutnya, ludrukan ala Luntas berbeda karena membawakannya dengan cara kekinian, sehingga cara ini dapat menarik minat anak muda Kota Surabaya menikmati kesenian tradisional.
"Saatnya Luntas membawa nama besar Surabaya, tunjukkan ke seluruh panggung nasional bahkan hingga ke kancah internasional, Luntas ada dan yang terdepan," ujarnya.
Advertisement