Liputan6.com, Banyuwangi - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, menginformasikan jika kemarau 2023 diprediksi lebih ekstrem dari tahun sebelumnya.
Prakirawan BMKG Banyuwangi Ganis Diyah mengatakan, pemicunya adalah fenomena El Nino. Dimana temperatur permukaan laut di Samudera Pasifik bagian timur lebih hangat daripada Samudera Pasifik bagian barat.
Baca Juga
Hal ini menyebabkan Samudera Pasifik bagian barat cenderung lebih kering dan berdampak pada berkurangnya curah hujan selama periode kemarau tahun ini. El Nino sendiri diprediksi mulai aktif Juni 2023.
Advertisement
"Jadi dampak El Nino ini di wilayah Indonesia adalah menjadikan lebih kering. Kemudian intensitas hujan berkurang," jelas Ganis, Jumat (2/6/2023).
Ia membeberkan, sebagian besar wilayah Banyuwangi telah memasuki musim kemarau. Diantaranya Banyuwangi kota, terus ke utara daerah Kalipuro sampai Wongsorejo.
Sementara Banyuwangi ke selatan mulai Kabat, Blimbingsari, Srono, Wongsorejo hingga Pesanggaran juga memasuki kemarau.
Sedangkan wilayah barat dari Genteng, Sempu, Songgon, Kalibaru dan sekitarnya diperkirakan masuk musim kemarau pada bulan Juni. Karena berada di dataran tinggi.
"Puncak musim kemarau di Banyuwangi diprediksi Juli-Agustus," ujarnya.
BMKG mengimbau agar masyarakat Banyuwangi lebih waspada menghadapi musim kemarau tahun ini. Terutama menjaga asupan hidrasi tubuh serta berlindung dari panas terik matahari secara berlebihan.
"Waspadai juga daerah yang rawan kebakaran hutan, termasuk daerah kekeringan seperti Wongsorejo dan sekitarnya," pintanya.
Meskipun demikian masyarakat diminta tidak panik mengalami fenomena El Nino atau musim panas tahun ini.
"Tetap pantau informasi dari update di BMKG," pungkasnya.
4 Kecamatan di Banyuwangi Rawan Krisis Air Bersih
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi, telah memetakan daerah rawan krisi air bersih atau kekeringan pada musim kemarau tahun 2023. Berdasarkan hasil kajian BPBD, sedikitnya ada 4 Kecamatan yang dikatagorikan daerah rawan kekeringan atau krisis air bersih.
“Hasil Kajian kami sementara ini daerah yang rawan kekeringan dan krisis air bersih ada di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Bangorejo, dan Kecamatan Tegaldelimo,”ujar Sekretaris BPBD Banyuwangi Mujito.
Menurut Mujito, pihaknya telah melakukan cek lokasi dan berkoordinasi dengan para kepala desa di empat kecamatan tersebut. hasilnya meski masuk katagori rawan kekeringan, hingga saat ini masih belum terjadi kekurangan air bersih.
“Alhamdulillah masih belum ada permintaan droping air bersih ya, kami sudah berkoordinasi dengan kepala desa, kesedian air bersih masih mencukupi,”katanya.
Kata Mujito, BPBD Banyuwangi , juga telah menyiapkan tandon untuk menampung air bersih terutama di daerah-daerah yang masuk rawan kekeringan. Sehingga jika ada permintaan droping air bersih akan langsung didistribusikan ke tandon yang tersedia.
“Tandon- tandon air bersih itu sudah kita pasang di beberapa titik daerah yang kita perkirakan rawan kekeringan. Jika ada permintaan air bersih langsung kita kirim, dan masyarakat bisa langsung mengambil air bersih di tandon itu,”papar Mujito.
Advertisement