Ini Bukti Pengguna Twitter Sudah Mulai Malas Nge-tweet

Dengan 302 juta pengguna aktif, jumlah tweet yang tercipta kurang dari 600 juta.

oleh Adhi Maulana diperbarui 17 Jun 2015, 07:12 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2015, 07:12 WIB
Aplikasi Ini Bikin Pusing Pemerintah yang `Haramkan` Twitter
Di sejumlah negara Twitter dinilai terlalu berbahaya dan harus menghadapi belenggu pemblokiran.

Liputan6.com, Jakarta - Eksistensi Twitter sebagai salah satu jejaring sosial terpopuler di dunia mulai meluntur. Ya, buktinya pertumbuhan pengguna baru Twitter sudah mulai melambat, mereka kini dikabarkan stuck di angka 302 juta pengguna aktif.

Ternyata tak hanya pertumbuhan pengguna saja yang mulai melambat di Twitter, melainkan para pengguna pun ditengarai sudah mulai malas nge-tweet

Menurut yang dilansir laman Business Insider, Rabu (17/6/2015), bukti menurunnya antusias pengguna untuk terlibat aktif di Twitter terlihat cukup jelas.

Pada pertengahan tahun 2012, Twitter mencatat 400 juta tweet per harinya. Lalu di akhir 2013, dengan jumlah pengguna aktif sekitar 215 juta, terdapat 500 juta tweet per hari. Dan kini, jumlah kicauan pengguna Twitter tercatat sebanyak 600 juta per harinya.

Meningkat memang, namun coba dilihat lebih cermat. Di tahun 2013 tercatat 500 juta tweet dengan 215 juta pengguna aktif. Coba bandingkan dengan sekarang, 302 juta pengguna aktif (yang artinya bertumbuh hingga 40%), namun jumlah tweet yang tercipta kurang dari 600 juta.

Ini artinya, para pengguna Twitter sudah mulai kurang antusias untuk berkicau di jejaring sosial berlogo burung biru tersebut. Banyak pengguna baru yang tampaknya lebih nyaman hanya membaca tweet orang lain dibanding terlibat aktif mem-posting tweet.

Masalah lainnya, Twitter juga masih dijauhi oleh para pengiklan. Aksi bullying dan maraknya peredaran konten pornografi di Twitter diyakini mejadi biang keladinya.

Mantan CEO Twitter yang belum lama ini mengundurkan diri, Dick Costolo, sempat mengatakan dengan tegas bahwa, "Ini (bullying dan pornografi) merupakan hambatan utama pertumbuhan bisnis perusahaan."

Para investor dan vendor faktanya memang ogah memasang iklan di Twitter karena menilai jejaring sosial itu dipenuhi konten negatif. Mereka tidak mau brand atau produk yang mereka promosikan ikut-ikutan dicap negatif.

(dhi/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya