Ratusan Juta Data Pengguna Dijual Cuma Rp 10 Ribuan

Ratusan juta username dan password akun email dan situs internet tengah diperdagangkan di pasar gelap Rusia dengan harga Rp 10 ribuan.

oleh Yuslianson diperbarui 16 Mei 2016, 07:11 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2016, 07:11 WIB
Hacker
Berhasil Curi Ratusan Juta Data, Hacker Menjualnya Seharga Rp 200

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan juta username dan password akun email dan situs internet baru-baru ini kabarnya tengah diperdagangkan di pasar gelap Rusia.

Mengutip keterangan resmi Avast Software yang tim Tekno Liputan6.com terima, Senin (16/5/2015), sebanyak 273,3 juta data akun kabarnya berhasil dicuri hacker (peretas).

Dari angka data tersebut, sebagian besar di antaranya merupakan pengguna layanan email terpopuler di Rusia Mail.ru dan sisanya merupakan akun Google, Yahoo, dan Microsoft.

Pencurian data ini terungkap setelah para peneliti Hold Security menemukan seorang peretas Rusia sesumbar bahwa ia berhasil mengumpulkan dan siap menjual 1,17 miliar data akun pengguna yang berhasil ia curi.

Saat menangkap pelaku, pendiri dan chief information security officer di Hold Security Alex Holden berhasil merampingkan jumlah data yang ada menjadi 57 juta akun data.

Sebelumnya, Mail.ru melaporkan jumlah penggunanya sudah mencapai 64 juta di 2015. Sisa jumlahnya merupakan akun pengguna Gmail, Microsoft dan Yahoo, termasuk beberapa ratus pengguna layanan email domestik di Jerman dan Tiongkok.

"Informasi yang kita peroleh dapat dipercaya. Data-data yang berhasil dicuri tengah ditransaksikan secara ilegal. Bahkan sang hacker pun rela memberikan datanya kepada siapa saja yang 'baik' kepadanya," kata Holden.

Uniknya, bila kebanyakan peretas meminta bayaran ratusan dolar untuk data yang dimiliki, peretas ini hanya meminta 50 rubel (sekitar Rp 10 ribuan) untuk semua data itu.

Menanggapi masalah ini, Threat Intelligence Manager Avast Software Michal Salat mengatakan, "Apabila yang dikatakan Alex Holden benar, data pelanggaran terakhir menempatkan hampir 57 juta pengguna Mail.ru berisiko informasi personal dan data akun mereka dimanfaatkan oleh penjahat siber."

"Hal seperti ini berawal dari pengguna yang sering menduplikasi kata password dan tidak sering mengubahnya. Jadi sebisa mungkin ubah password yang digunakan secara berkala untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," tutur Michael.

(Ysl/Why)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya