250 Juta Komputer Terinfeksi Malware Fireball

Hadir sebagai varian malware baru, Fireball ternyata sudah menginfeksi satu dari setiap lima jaringan perusahaan di seluruh dunia.

oleh Yuslianson diperbarui 04 Jun 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2017, 18:30 WIB
Malware
Malware. Foto: codepolitan

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah varian malware baru bernama Fireball diketahui telah menginfeksi lebih dari 250 juta komputer di seluruh dunia.

Mengutip laporan firma keamanan Checkpoint, Minggu (4/6/2017), Fireball diklaim sudah menginfeksi satu dari setiap lima jaringan perusahaan.

Dari laporan yang sama, Fireball sudah menginfeksi pengguna di India (25,3 juta - 10,1%), Brasil (24,1 juta - 9,6%), Meksiko (16,1 juta - 6,4%), dan Indonesia (13,1 juta - 5,2%).

Siapa yang menjadi dalang penyebaran malware ini? Checkpoint menyebutkan, perusahaan pemasaran digital yang berbasis di Tiongkok, Rafotech adalah dalang penyebaran Fireball.

Diketahui, Rafotech 'diam-diam' menginstal Fireball ke komputer pengguna. Perusahaan menggunakan metode monetisasi terselubung yang dikenal dengan bundling. Dengan cara ini, mereka mampu memasukkan malware ke dalam beberapa produk freeware (gratisan) buatan perusahaan atau distributor lainnya.

"Setelah terinstal di dalam komputer pengguna, Rafotech dapat memanipulasi browser korban dan mengubah mesin pencarian default dan halaman utama peramban ke mesin pencari palsu. " ungkap Checkpoint.

Checkpoint menambahkan, mesin pencari palsu tersebut memiliki kode di dalamnya yang dapat digunakan untuk melacak dan mengumpulkan informasi pribadi pengguna. Tak hanya itu, Fireball akan secara paksa menginstal plugins untuk meningkatkan pendapatan iklan mesin pencari palsu buatan Rafotech.

Meski gaung kemampuan Fireball ini masih belum sebesar serangan ransomware WannaCry beberapa waktu lalu, malware in berpotensi mendatangkan bahaya yang cukup besar.

Dengan kemampuan kemampuan untuk menjalankan kode apapun pada mesin pencari yang terinfeksi, Rafotech dapat dengan mudah mengumpulkan informasi penting dari perangkat yang terinfeksi, menanamkan malware berbahaya lainnya, dan menjalankan kode tertentu ke jaringan komputer di perusahaan terbesar di dunia tanpa disadari oleh pengguna.

Untuk mengatisipasi, ada baiknya bagi pengguna untuk selalu berpikir panjang bilamana ingin mengunduh freeware. Seperti semua yang ada di internet, tidak ada hal yang namanya gratis.

(Ysl/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya