Snapcart Raih Pendanaan Rp 133 Miliar

Model bisnis Snapcart sendiri menawarkan cashback bagi pembelanja untuk setiap struk belanja yang diunggah ke aplikasi.

oleh Iskandar diperbarui 10 Des 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2017, 15:00 WIB
Snapcart
Aplikasi Snapcart

Liputan6.com, Jakarta - Startup penyedia data konsumen dan pembelanja secara offline , Snapcart, baru saja meraih pendanaan Seri A senilai US$ 10 juta atau sekitar Rp 133 miliar.

Sebagai kelanjutan dari pendanaan sebesar US$ 3 juta (sekitar Rp 39 miliar) yang diraih pada awal tahun ini, angka tersebut merupakan satu dari lima putaran pendanaan terbesar di dunia startup Indonesia pada 2017.

Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Vickers Venture Partners, investor yang sudah terlebih dahulu ikut serta termasuk pendanaan dari Social Capital, Kickstart Ventures, dan Endeavor Catalysts. Investor terdahulu seperti Wavemaker Partners, SPH Ventures, dan SMDV juga ikut serta dalam pendanaan ini.

"Tujuan Snapcart adalah untuk memberdayakan perusahaan agar mendapatkan insights berharga tentang data pelanggan untuk membantu mereka membuat keputusan bisnis yang lebih cepat dan mengoptimalkan investasi mereka,” kata Founder dan CEO Snapchart, Reynazran Royono dalam keterangannya, Minggu (10/12/2017) di Jakarta.

Pria yang akrab disapa Rey itu mengungkap pendanaan ini akan digunakan untuk meningkatkan teknologi yang telah ada, meningkatkan skala operasi dan tim di Indonesia dan Filipina, serta mendukung ekspansi global.

Model bisnis Snapcart sendiri menawarkan cashback bagi pembelanja untuk setiap struk belanja yang diunggah ke aplikasi. Dalam hal ini cashback berlaku sebagai pertukaran atas pengumpulan data pembelian konsumen.

Hal tersebut dapat membawa brand lebih dekat ke dalam pemahaman holistik tentang pembeli dari yang telah ada sebelumnya. Cara kerja teknologi yang dimiliki Snapcart adalah dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mengambil data dari struk belanja yang diunggah konsumen dan menerjemahkannya ke dalam dasbor real-time.

Metode ini dapat menggantikan pengumpulan data manual yang memakan waktu dan biaya melalui survei atau mewawancarai peritel tentang perilaku pembelian pelanggan mereka.

Mendisrupsi Industri Riset Pasar

Dr Jeffrey Chi, Vice Chairman Vickers Venture Partners mengatakan, "Snapcart benar-benar mendisrupsi industri riset pasar yang telah ada selama beberapa dekade namun cenderung lamban untuk berinovasi. Teknologi inovatif dan tangguh milik Snapcart menjadi fondasi perusahaan untuk bergerak ke skala global."

Snapcart adalah satu-satunya startup B2B Indonesia yang beroperasi secara regional, yaitu di Filipina (dan membuka kantor di Singapura yang berfokus pada pengembangan bisnis) dan sedang merencanakan ekspansi ke negara lainnya di bawah kepemimpinan empat orang founder yang berpengalaman.

CEO Reynazran Royono, CDO & COO Teresa Condicion, CTO Laith Abu Rakty, dan CFO Araya Hutasuwan adalah profesional dengan banyak pengalaman di industrinya, melengkapi mereka dengan pengetahuan dan kemampuan dalam menjawab tantangan yang harus diselesaikan oleh perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG).

Rey berharap agar lebih banyak lagi enterpreneur Indonesia yang mengikuti jejak Snapcart. "Kami memiliki sumber daya besar, orang-orang hebat, ide yang bagus. Tidak ada alasan pengusaha dan startup Indonesia tidak bisa menuju global," pungkasnya.

(Isk/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya