Liputan6.com, Jakarta - Rob Goldman, Wakil Presiden Periklanan Facebook, mendadak minta maaf karena cuitannya tentang Rusia.
Di akun Twitter-nya, Goldman membeberkan hasil investigasi pada Facebook perihal intervensi Rusia ketika pemilu Amerika Serikat (AS) 2016.
Goldman menyatakan, dugaan intervensi Rusia melalui iklan Facebook tidaklah terjadi selama kampanye, dan kebanyakan iklan-iklan Rusia baru hadir di Facebook setelah kampanye. Cuitan Goldman sempat di-retweet oleh Presiden Trump.
Advertisement
Baca Juga
Apa yang disampaikan Goldman jelas tidak selaras dengan Facebook yang cenderung anti-Trump, ditambah lagi pendukung Hillary Clinton yang masih belum move on sudah ramai ingin mencekal Facebook.
Akhirnya, bocoran permintaan maaf Goldman pun beredar dan dikutip dari Wired, Rabu (21/2/2018).
Berikut permintaan maafnya:
"Saya ingin meminta maaf karena mencuitkan pandanganku tentang campur tangan Rusia tanpa meninjaunya dengan siapapun secara internal. Cuitan-cuitan tersebut adalah pandangan pribadi saya dan bukan milik Facebook. Saya menyampaikannya dengan kurang baik. Penasihat Khusus memiliki lebih banyak informasi tentang apa yang terjadi lebih dari saya - jadi terlihat mengontradiksi pernyataan-pernyataannya adalah kesalahan serius saya."
"Kepada kalian yang menghubungi saya akhir pekan ini untuk memberikan dukungan, terima kasih. Itu sangat berarti lebih dari yang kau tahu. Dan kepada kalian yang telah bekerja keras selama enam bulan belakangan untuk mendemonstrasikan kita memahami tanggung jawab untuk mencegah penyalahgunaan di Faceboook - dan yang bekerja keras untuk bekerja lebih baik di masa depan - mohon maaf sedalam-dalamnya."
Facebook memang tengah menghadapi kontroversi semenjak kemenangan Trump, sebabnya adalah mereka dijadikan salah satu kambing hitam oleh pendukung Hillary Clinton setelah kalah di pemilu 2016.
Cuitan Rob Goldman
Dalam cuitan Goldman pada 16 Februari 2018, ia menjelaskan tujuan utama iklan-iklan Rusia di Facebook bukanlah untuk mempengaruhi pemilu 2016.
Most of the coverage of Russian meddling involves their attempt to effect the outcome of the 2016 US election. I have seen all of the Russian ads and I can say very definitively that swaying the election was *NOT* the main goal.
— Rob Goldman (@robjective) February 17, 2018
"Kebanyakan pemberitaan tentang campur tangan Rusia melibatkan usaha mereka untuk memberikan efek pada hasil pemilu AS 2016. Saya telah melihat semua iklan-iklan Rusia dan saya bisa bilang dengan jelas bahwa mempengaruhi pemilu BUKANLAH tujuan utamanya," tulis Goldman.
Goldman menjelaskan, tujuan utama Rusia adalah memecah belah pada rakyat AS lewat kebebasan berpendapat dan sosial media.
The main goal of the Russian propaganda and misinformation effort is to divide America by using our institutions, like free speech and social media, against us. It has stoked fear and hatred amongst Americans. It is working incredibly well. We are quite divided as a nation.
— Rob Goldman (@robjective) February 17, 2018
"Tujuan utama dari usaha propaganda dan misinformasi Rusia adalah untuk memecah belah Amerika menggunakan institusi milik kita seperti kebebasan berpendapat dan media sosial melawan kita. Hal itu memberikan ketakutan dan kebencian di antara rakyat Amerika. Hal itu berhasil dengan luar biasa. Kita cukup terpecah sebagai sebuah bangsa," tulis Goldman.
Advertisement
Trump Mendukung Penuh
Trump yang selama ini diancam akan dimakzulkan oleh pendukung Hillary Clinton langsung menyambut pernyataan Goldman dengan bersemangat.
The Fake News Media never fails. Hard to ignore this fact from the Vice President of Facebook Ads, Rob Goldman! https://t.co/XGC7ynZwYJ
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) February 17, 2018
"Para media berita palsu (fake news media) tidak pernah mengecewakan. Sulit mengabaikan fakta dari Wakil Presiden Periklanan Facebook, Rob Goldman!' tulis Trump di akun twitternya.
Trump juga mengutip cuitan Goldman yang memberikan klarifikasi kalau tujuan utama Rusia bukanlah mempengaruhi pemilu.
Sejak dilantik, Trump memang konsisten mengecam apa yang ia sebuah sebagai "The Russian Hoax" (hoax Rusia).
Sebetulnya Trump juga curiga perihal adanya intervensi politik lewat sosial media, tetapi ia menolak tuduhan Rusia melakukan kolusi dengan tim kampanyenya.
(Tom/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: