Liputan6.com, Jakarta - Salah satu solusi yang ditawarkan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, mengenai skandal kasus penyalahgunaan data dari platform-nya adalah kecerdasan buatan. Dalam pertemuannya dengan anggota Kongres Amerika Serikat, ia mengatakan teknologi itu dapat menjadi solusi.
Seperti dikutip dari The Washington Post, Minggu (14/4/2018), Zuckerberg mengatakan kecerdasan buatan lebih dari 30 kali selama dengar pendapat yang berlangsung pada Selasa dan Rabu waktu setempat. Ia pun menyebut teknologi itu dapat menjadi penyelesaian dari masalah yang ada di Facebook selama ini.
Advertisement
Baca Juga
Dengan kemampuan kecerdasan buatan yang kian cerdas, suami dari Priscillia Chan itu menuturkan teknologi ini dapat memantau sekaligus menghalau konten yang tak boleh di platform-nya.
Konten yang dimaksud Zuckerberg adalah berita palsu, ujaran kebencian, diskriminasi, termasuk propaganda teroris.
Ia menuturkan, selama lima hingga 10 tahun ke depan, kecerdasan buatan dapat terbukti menjadi solusi untuk menyelesaikan krisis dalam media sosial tersebut. Tak hanya itu, teknologi ini juga dapat membuat Facebook tak perlu lagi menjawab pertanyaan soal sensor.
"Kami memulai Facebook di kamar asrama saya dengan tak banyak sumber daya termasuk teknologi kecerdasan buatan untuk proaktif mengidentifikasi banyak hal. Dalam jangka panjang, membangun kecerdasan buatan dapat menjadi cara terukur untuk mengidentifikasi dan membasmi konten berbahaya," tutur Zuckerberg.
Sayangnya, ucapan Zuckerberg itu dianggap hanya pemanis belaka. Sebab, ia tak dapat memberikan informasi pasti kapan Facebook akan benar-benar memanfaatkan teknologi tersebut di platform-nya.
Tanggapan Negatif dari Pihak Lain
Namun, pandangan negatif juga dilontarkan oleh seorang profesor hukum dari Cornell Tech, James Grimmelmann. Menurutnya, keputusan Zuckerberg untuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan tak lebih dari upaya lepas tangan dirinya.
"Teknologi ini tak akan menyelesaikan masalah Facebook, tapi akan menyelesaikan masalah Zuckerberg: dengan meminta orang lain untuk bertanggung jawab," tuturnya. Grimmelmman juga menyangsikan kecerdasan buatan dapat membantu Facebook menyelesaikan masalah konten negatif di platform-nya.
Sekadar infomasi, Facebook memang sudah memanfaatkan kecerdasan buatan untuk beragam fungsi di platformnya. Terbaru, raksasa media sosial itu menggunakan kecerdasan buatan untuk memindai unggahan pengguna yang berpotensi melakukan upaya bunuh diri.
Sebelumnya, Facebook juga sempat menggunakan kecerdasan buatan untuk memetakan populasi manusia. Ketika itu, Facebook menggunakan foto beresolusi tinggi dari satelit dan mesin dengan kecerdasan buatan untuk memetakan pemukiman manusia yang ada di foto-foto tersebut.
Nantinya, hasil pengolahan data yang dilakukan Facebook ini juga tersedia di masing-masing negara. Perusahaan berencana menggunakan data ini untuk kebutuhan analisis lain, sehingga ini dapat digunakan untuk keperluan ilmuwan, pemerintah, ataupun pebisnis.
Advertisement
Mark Zuckerberg Ternyata Jadi Korban Penyalahgunaan Data Facebook
Saat berbicara di depan anggota Kongres, Zuck menyebut bahwa dirinya termasuk dalam 87 juta pengguna Facebook yang data pribadinya disalahgunakan oleh konsultan politik Cambridge Analytica.
Pria 33 tahun ini mengakui perusahaannya gagal melindungi datanya sendiri.
Hal ini menunjukkan Facebook mungkin telah mengalami kesulitan membuat anggota Kongres AS percaya bahwa pengguna bisa dengan mudah melindungi informasi pribadinya di Facebook.
Isu penyalahgunaan data pengguna Facebook oleh Cambridge Analytica merupakan alasan Zuckerberg dipanggil untuk memberi penjelasan di Capitol Hill. Di sana, Zuck dicecar pertanyaan seputar bagaimana perusahaan mendapatkan data dan membagikannya kepada pihak ketiga.
"Bagaimana bisa pengguna mengontrol data mereka jika Facebook tidak memiliki kuasa terhadap data tersebut?" kata Representative Frank Pallone dari New Jersey.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â