Berbekal Pengenalan Wajah, Polisi Tiongkok Kian Mudah Tangkap Pelaku Kejahatan

Polisi Tiongkok kini dapat menangkap dengan mudah para pelaku kejahata yang ada di tempat umum dengan memanfaatkan teknologi pengenalan wajah.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 17 Apr 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 07:00 WIB
polisi-cina-140218a.jpg
Ilustrasi Polisi Tiongkok

Liputan6.com, Jakarta - Tiongkok sebagai negara yang cukup sukses menerapkan teknologi pemindaian wajah untuk menangkap para pelaku kriminal. Berbekal CCTV yang disebar di banyak wilayah, regulator setempat juga memanfaatkan kecerdasan buatan.

Kesuksesan itu juga terbukti dengan penangkapan salah seorang pelaku kriminal baru-baru ini. Dikutip dari BBC, Selasa (17/4/2018), polisi setempat dilaporkan berhasil meringkus seorang terduga pelaku kejahatan dengan memanfaatkan teknologi pengenalan wajah.

Pelaku yang disebut bernama Ao itu masuk dalam daftar pencarian polisi karena dianggap melakukan kejahatan ekonom di Tiongkok. Ao ditangkap saat dirinya bersama sang istri sedang menghadiri konser penyanyi kenamaan Jacky Cheung.

Menurut salah seorang petugas, identitas pelaku berhasil diidentifikasi dari kamera yang ada di pintu masuk. "Pelaku terlihat sangat terkejut saat kami membawanya, sebab ia tak menduga kami akan mampu menangkapnya di tengah kerumunan 60 ribu orang," tuturnya.

Metode penangkapan Ao bukan kali pertama terjadi. Pada Agustus 2017, polisi di provinsi Shandong berhasil meringkus 25 pelaku kriminal menggunakan sistem pengenalan wajah yang ada di festival bir internasional Qingdao.

Tiongkok sendiri juga diakui sebagai salah satu negara yang unggul dalam pemanfaatan teknologi pengenalan wajah. Bahkan, masyarakat disebut sangat sulit mengakali otoritas setempat berbekal teknologi ini.

Negara Tirai Bambu itu memang telah membangun sebuah jaringan kamera pengawas terbesar di dunia. Saat ini, diperkirakan sudah ada 170 juta kamera CCTV yang tersebar dan sedang dipersiapkan sekitar 400 juta kamera baru yang dipasang hingga 2020.

Kecanggihan Sistem Pengawasan Tiongkok dengan Kecerdasan Buatan

Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Kecanggihan sistem pengawasan Tiongkok ini juga dialami langsung oleh reporter BBC, John Sudworth. Untuk menjajal teknologi itu informasi soal Sudworth pun diubah sebagai seseorang pelaku kejahatan.

Hasilnya, ia dengan mudah ditemukan oleh kepolisian setempat ketika berada di tengah keramaian hanya dalam waktu tujuh menit.

Otoritas Guiyang menuturkan, sebenarnya mereka menyimpan sejumlah besar data setiap orang yang dapat diidentifikasi, tanpa mempertimbangkan status kriminal.

Dengan cara itu pemerintah setempat dapat benar-benar memantau pergerakan penduduk yang berada di kota itu. Otoritas juga dapat mengetahui orang lain yang ditemui hingga jadwal perjalanan seminggu penuh dari penduduk.

Di Tiongkok sendiri kamera dengan kecerdasan buatan sudah banyak digunakan dan disebar di beberapa banyak titik keramaian. Tak hanya dapat mengenali wajah, beberapa di antaranya juga dibekali kemampuan mengetahui umur, etnis, dan jenis kelamin.

Polisi Tiongkok Pakai Kacamata Pintar untuk Temukan Pelaku Kejahatan

Kacamata Pintar
Kepolisian Tiongkok pakai kacamata pintar yang bisa deteksi wajah orang. (Doc: The Wall Street Journal)

Tak hanya sistem pengawasan kamera berbasis kecerdasan buatan, otoritas polisi setempat juga dibekali dengan kacamata pintar. Kacamata berbasis kecerdasan buatan ini digunakan untuk memindai wajah dan pelat nomor kendaraan.  

Jadi, kacamata ini akan melakukan pemindaian wajah dan plat nomor kendaraan, untuk kemudian disesuaikan dengan basis data yang dimiliki kepolisian. Nantinya, apabila ada kendaraan atau wajah yang masuk dalam 'daftar hitam', kacamata ini segera memberikan peringatan.

Sebagai bagian dari uji coba, kacamata ini baru digunakan saat pertemuan tahunan parlemen Tiongkok di Beijing. Dalam pertemuan tahun ini, sejumlah pemimpin di Tiongkok diketahui sedang gencar menyerukan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keamanan negara.

Namun, tak sedikit pula yang menyebut aksi pengawasan ini akan menyebabkan keresahan di masyarakat, karena dianggap membatasi kebebasan dan perasaan selalu diawasi.

(Dam/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya