Ups, Teknologi Pengenalan Wajah Ternyata Tak Selalu Akurat

Teknologi pengenalan wajah sebetulnya sudah diimplementasikan oleh pihak kepolisian di sejumlah negara.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2018, 19:30 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2018, 19:30 WIB
Facial Recognition
Teknologi pemindaian wajah untuk mendeteksi penyakit langka. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan teknologi pengenalan wajah alias facial recognition, ternyata selalu akurat. Hal itu terbukti dari kasus salah identifikasi pelaku kriminal di pertandingan final Liga Champion di Cardiff, Wales, pada 2017 lalu. Hal tersebut dilaporkan oleh The Guardian dan Ar, Rabu (9/5/2018).

Kala itu pada final Liga Champions tersebut, ribuan orang telah salah teridentifikasi sebagai pelaku kriminal.

Diam-diam, kepolisian di sana memang telah menyematkan teknologi pengenalan wajah. Hal ini dilakukan untuk mempermudah tugas pihak kepolisian mengenali pelaku kejahatan.

Namun pada kenyataannya, dari 2.470 pemberitahuan dari sistem pengenalan wajah, sebanyak 2.297 adalah bukan pelaku tindak kejahatan. Ini sama saja 9 dari 10 orang salah teridentifikasi melalui sistem pengenalan wajah yang layak ditangkap.

Pihak kepolisian di sana pun memaklumi bahwa tidak 100 persen sistem pengenalan wajah akurat. Menurut mereka, hal tersebut merupakan masalah teknis dan normal untuk uji coba sistem pengenalan wajah.

"Tentu saja, tidak ada sistem yang 100 persen akurat dalam semua kondisi. Masalah teknis adalah normal untuk semua sistem pengenalan wajah. Ini kesalahan yang akan terus menjadi masalah yang umum di masa mendatang," jelas polisi.

Meskipun ada kesalahan sistem, pihak kepolisian menjamin bahwa tak seorangpun ditangkap gara-gara salah identifikasi dalam kasus tersebut. Mreka pun mencoba untuk melakukan kajian mengapa banyak orang yang salah identifikasi.

Dari hasil kajiannya itu ternyata penyebabnya adalah kualitas gambar yang dihasilkan masih rendah. Sehingga membuat sistem pengenalan wajah keliru dalam mendeteksi.

Meski banyak identifikasi palsu, ada juga porsi keberhasilan dari penerapan teknologi ini. Misalnya, ada enam yang berhasil diidentifikasi di konser Liam Gallagher di Cardiff, Desember lalu. Kepala polisi Matt Jukes mengatakan, teknologi ini berpotensi dipakai untuk menemukan sesuatu hal yang besar.

"Kami perlu menggunakan teknologi ini ketika ada ribuan orang berkumpul dalam kerumunan. Tujuannya untuk melindungi semua orang, kami pun mendapat hasil yang bagus dari itu, tentunya dengan memastikan akurasinya," tutur Juke.

Tentara AS Manfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Pengenalan Wajah

Polisi di China
Seorang polisi wanita di China mengenakan smartglasses atau kacamata pintar dengan sistem pengenalan wajah di Zhengzhou East Railway Station. (AFP)

Teknologi pengenalan wajah sebetulnya juga sudah diimplementasikan oleh pihak kepolisian di sejumlah negara.

Kepolisian South Wales di Inggris, contohnya, menggunakan teknologi berjuluk facial recognition ini untuk menangkap seorang pria.

Sebelumnya, pihak kepolisian telah melakukan uji coba teknologi Automatical Facial Recognition (AFR) selama 18 bulan terakhir.

Akhir Mei 2017, penegak hukum mengumumkan kemitraan dengan perusahaan bernama NEC untuk menguji coba AFR selama berlangsungnya Liga Champions di Kota Cardiff.

Pada kesempatan tersebut, petugas yang sudah dilatih memantau pergerakan sejumlah di lokasi dan pusat kota.

Mengutip laman Mashable, Jumat (9/6/2017), dalam proses uji coba, sejumlah kamera ditempatkan di berbagai tempat untuk mengidentifikasi orang-orang yang ada di daftar pemantauan pihak kepolisian. Entah karena mereka adalah tersangka kejahatan, orang hilang, atau orang-orang penting.

Reporter: Fauzan Jamaludin

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya