Pangeran Arab Saudi Ingin Jadi Raja Industri Teknologi Dunia

Arab Saudi tidak hanya mengandalkan industri minyak, tetapi juga teknologi inovatif.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Mei 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2018, 13:00 WIB
Pangeran Mohammed bin Salman
Mohammed bin Salman ditunjuk jadi putra Mahkota Arab Saudi (Foto:Hassan Ammar/AP)

Liputan6.com, Jakarta - Pangeran Muhammad bin Salman atau yang dikenal dengan panggilan MBS, kembali mengambil langkah berani dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi Arab Saudi. Kali ini, ia ingin Arab Saudi merajai industri teknologi.

Dilansir Forbes, Selasa (22/5/2018), MBS menyiapkan cetak biru (blueprint) reformasi bernama Vision 2030 yang memiliki fokus besar pada teknologi dan pusat jaringan data.

"Fokus pada teknologi datang di waktu yang sempurna untuk perkembangan daerah ini," ucap Hasan Haider, mitra dari firma modal ventura 500 Startups yang berinvestasi di Timur Tengah.

Haider menambahkan, karena harga minyak sedang turun, maka pemerintah dan industri tradisional tidak bisa lagi berperan sebagai pemberi pekerjaan, apalagi karena lulusan muda sudah semakin banyak.

Untuk mencapai ambisi teknologi tersebut, MBS telah membuat beragam perjanjian seperti kemitraan dengan Google untuk membangun pusat teknologi besar di Arab Saudi, serta mendirikan layanan keamanan siber nasional dengan Raytheon, perusahaan senjata dan elektronik asal Amerika Serikat (AS).

Pada April lalu, MBS juga sempat bertemu dengan CEO dan pendiri Amazon Jeff Bezos, CEO Microsoft Satya Nadella, dan pendiri Google Sergey Brin.

MBS bahkan turut menyambangi Universitas Harvard dan Institut Teknologi Massachusetts untuk mendiskusikan perjalanan luar angkasa.

Rencananya, Snapchat, Apple, dan Amazon juga sedang melakukan diskusi untuk membuka kantor mereka di Arab Saudi.

Butuh Tenaga Ahli

6 Cara Mudah Untuk Mengatasi PC Berisik
Ilustrasi komputer (pixabay.com)

Ambisi MBS untuk mendirikan "Silicon Valley di Timur Tengah" ternyata menghadapi kendala di bidang Sumber Daya Manusia.

Hattan Saaty, mantan penasihat Kementerian Tenaga Kerja Arab Saudi, menyebutkan adanya kelemahan di sistem edukasi dan kurangnya perusahaan TI (teknologi informasi) di Arab Saudi dapat mempersulit menemukan tenaga ahli.

"Menemukan pekerja dengan keahlian akan menjadi sebuah tantangan tersendiri," ucapnya.

Saaty turut menyebut pihak pemerintah Saudi sudah sadar akan hal-hal tersebut, dan inisitiaif-inisiatif penting telah diterapkan pada pendidikan, kota-kota pintar, dan keamanan siber. 

Pangeran yang Suka Reformasi

Putra Mahkota Saudi Bertemu Trump di Gedung Putih
Presiden AS, Donald Trump berjabat tangan dengan Putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman di Gedung Putih, Selasa (20/3). Kunjungan ini sebagai bagian dari perjalanan ke Amerika di ketegangan antara Arab Saudi dan Iran. (AP Photo/Evan Vucci)

MBS memang dipandang oleh media dunia sebagai sosok reforman yang progresif. Hal tersebut tercermin dari berbagai perubahan-perubahan yang dengan cepat muncul di Saudi.

Contohnya, sekarang perempuan sudah boleh mengemudi, padahal sebelumnya mereka kerap ditilang polisi. Bioskop juga akhirnya dibuka oleh negara tersebut pada April lalu.

MBS menjadi putra mahkota takhta Saudi setelah Raja Salman mencopot keponakannya, yaitu Muhammad bin Nayef Al Saud dari posisi penerus takhta.

Berbeda dengan kerajaan Inggris yang mengunggulkan anak tertua sebagai penerus takhta, MBS sebetulnya adalah putra keenam.

Kakaknya, Faisal, merupakan gubernur Madinah, sementara kakaknya yang lain, Sultan, adalah seorang pilot yang pernah terbang ke luar angkasa.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya