4 Tahun di Luar Angkasa, Jepang Berhasil Daratkan Robot di Asteroid

Menariknya, ini bukan kali pertama JAXA mencoba mengirimkan robot ke asteroid yang jaraknya terbilang sangat jauh dari Bumi.

oleh Jeko I. R. diperbarui 24 Sep 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2018, 14:00 WIB
NASA
Ilustrasi: NASA punya misi gunakan robot untuk halau asteroid (sumber: mirror.co.uk)

Liputan6.com, Tokyo - Badan Antariksa Jepang (JAXA), baru saja mendaratkan sepasang robot ke asteroid bernama Ryugu pada pekan ini. Asteroid ini diketahui berjarak 180 mil dari Bumi.

Dilansir Ubergizmo pada Senin (24/9/2018), robot berbentuk silindris tersebut memiliki ukuran panjang 18 centimeter dan tinggi 7 centimeter.

Mereka sukses menempuh perjalanan dalam pesawat luar angkasa Hayabusa2 hampir selama empat tahun, yang dikirim dari Bumi pada Desember 2014.

Dalam keterangan resmi JAXA, robot ditugaskan untuk mengamati karakteristik permukaan asteroid Ryugu.

Saat hendak mendarat ke asteroid, robot juga menyimpan sebuah boks kontainer kecil bernama MINERVA-II1. Kontainer digunakan untuk mempelajari bentuk permukaan asteroid.

Menariknya, ini bukan kali pertama JAXA mencoba mengirimkan robot ke asteroid yang jaraknya terbilang sangat jauh dari Bumi.

Pada 2005, mereka ternyata juga sempat berupaya untuk mengirim robot ke asteroid Ryugu, yang sayangnya gagal total karena pesawat luar angkasa Hayabusa diluncurkan pada waktu yang tidak sesuai.

Sekadar informasi, Hayabusa2 mencapai orbit asteroid Ryugu pada Juni 2018. Robot juga telah mengambil sejumlah foto asteroid.

Nantinya, Ryugu akan membawa beberapa sampel asteroid kembali ke Bumi pada 2020.

Begini Cara NASA ‘Pasang Badan’ Jika Asteroid Dekati Bumi

Ilustrasi Oumuamua
Ilustrasi Oumuamua, asteroid dari luar tata surya yang pertama kali terdeteksi oleh astronom. (ESO)

Walau belum bisa dinyatakan berbahaya, ancaman asteroid yang bisa jatuh ke Bumi sudah jadi sorotan bagi NASA.

Badan Antariksa Amerika Serika tersebut juga sudah berencana mengembangkan ‘senjata’ khusus untuk menghancurkan objek luar angkasa ini jika mendekati Bumi.

Terkini, NASA baru saja berdiskusi dengan pemerintah Amerika Serikat dan pihak Gedung Putih untuk memutuskan strategi terbaik jika memang asteroid nanti mendekati Bumi.

Menurut yang dilansir The Independent pada Minggu (24/6/2018), NASA juga mengerahkan para ilmuwannya untuk meneliti objek luar angkasa terdekat Bumi dengan mengukur dan memperkirakan risiko.

Diungkapkan Planetary Defence Officer NASA Lindley Johnson, ilmuwan telah menemukan beberapa 95 persen objek Near Earth (dekat dengan Bumi) dengan ukuran satu kilometer atau lebih. Namun, tidak semua masuk ke dalam status bahaya untuk saat ini.

Hingga sekarang, NASA telah mengumpulkan sekitar 18.310 objek luar angkasa dari segala ukuran.

Mereka memanfaatkan teleskop untuk memantau pergerakan asteroid dan akan memperingati Bumi jika benda tersebut mendekati orbit.

 

Senjata Penghancur Asteroid

Wahana jelajah asteroid Hayabusa2 milik Jepang bersiap melakukan pengamatan perdana (AP/JAXA)
Wahana jelajah asteroid Hayabusa2 bersiap melakukan pengamatan perdana (AP/JAXA)

Adapun senjata penghancur asteroid milik NASA merupakan sebuah pesawat luar angkasa kecil dengan senjata api untuk menghancurkan asteroid hingga berkeping-keping.

NASA mengungkap, senjata bernama DART (Double Asteroid Redirection Test) miliknya itu akan rampung dan siap diterbangkan ke luar angkasa pada Oktober 2022.

Tugas DART nanti akan melayang pada trayek yang sudah diatur NASA untuk menemukan dua asteroid biner yang akan dihancurkan, yakni Didymos A dan Didymos B.

Mereka kerap disebut dengan julukan asteroid kembar, dan ditengarai merupakan objek yang juga berisiko bisa menghantam Bumi. "Dua asteroid itu akan menjadi sasaran pertama DART," kata Tom Statler, ilmuwan DART di NASA.

"Didymos B ada di orbit dekat Didymos A. Karena itu, sangatlah mudah untuk mencari keduanya. Eksperimen ini tak akan mengubah jarak mereka mendekati Bumi," lanjut Statler.

DART akan menggunakan sistem target on-board, di mana ia akan mendekati Didymos B dan menembakkan senjata api untuk menghancurkannya dalam kecepatan 3,7 mil per detik. Setelah itu, DART baru akan mengincar Didymos A.

"DART adalah langkah paling kritis dalam mendemonstrasikan bagaimana kami bisa melindungi planet dari ancaman asteroid," kata Andy Cheng, salah satu ilmuwan DART dari Johns Hopkins Laboratory.

"Kami tak terlalu tahu seperti apa struktur internal dan komposisi dari objek alam seperti asteroid. Maka itu, Didymos bukan satu-satunya asteroid yang jadi target DART," ia menerangkan.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya