Duh, Ternyata Banyak yang Belum Sadar Soal Bahaya Sampah Elektronik

Sampah elektronik tersebut, meliputi baterai atau colokan termasuk smartphone, laptop, televisi, lemari es dan mainan listrik.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Feb 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2019, 20:00 WIB
Pembuangan Sampah Elektronik di Ghana
Pembuangan Sampah Elektronik di Ghana. Kredit: Flickr/Agbogbloshie Makerspace Platform

Liputan6.com, Jakarta - International Telecommunication Union (ITU) bersama United Nations University (UNU), telah meneliti jumlah e-waste atau sampah elektronik yang terys meningkat.

Sampah elektronik tersebut, meliputi baterai atau colokan termasuk smartphone, laptop, televisi, lemari es dan mainan listrik.

Berdasarkan datanya itu, pada 2016, 44,7 juta metrik ton e-waste dihasilkan, naik 3,3 juta metrik ton (8 persen) dari 2014.

Dan hanya sekitar 20 persen--atau 8,9 juta metrik ton--dari semua e-waste didaur ulang pada tahun yang sama.

Meningkatnya sampah elektronik, kata Direktur Utama PT Arah, Gufron Mahmud, dilatarbelakangi banyak masyarakat yang belum paham akan bahaya limbah B3 yang mereka hasilkan.

Dengan semakin masifnya penggunaan perangkat teknologi seperti smartphone, gadget dan perangkat elektronik lainnya, maka dampak yang dihasilkan adalah limbah B3 yang dihasilkan semakin banyak.

"Masyarakat juga masih banyak yang membuang baterai bekas, lampu bekas, tinta cartridge bekas, dan sampah elektronik lainnya ke dalam satu wadah bersama sampah bekas makanan atau sampah plastik," jelasnya di Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Harus Dipilah

Pembuangan Sampah Elektronik di Ghana
Pembuangan Sampah Elektronik di Ghana. Kredit: Flickr/Agbogbloshie Makerspace Platform

Padahal, lanjutnya, sampah harus dipilah pembuangannya untuk kemudian masing-masing jenis dikelola dengan treatment yang berbeda.

"Di sisi lain, ada masyarakat yang sudah paham bahayanya tetapi mengalami kesulitan bagaimana menanganinya," terangnya.

Pengetahuan yang Minim

Sampah elektronik
Pekerja membongkar sampah elektronik (e-waste) monitor komputer untuk di daur ulang kembali di pusat penampungan sampah elektronik di kawasan Tangerang, Banten, Selasa (25/1).(Antara)

Senada dengan Isnawa Adji, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.

Menurutnya, permasalahan terkini yang ada di Indonesia tentang limbah B3 termasuk juga limbah eletronik adalah minimnya pengetahuan tentang bahaya yang ditimbulkan serta kurang tepatnya penanganan dalam hal pengelolaan.

"Karenanya, kehadiran solusi ECOFREN kami harapkan dapat turut membantu program pemerintah untuk mengelola limbah B3 termasuk limbah eletronik atau e-waste dengan baik dan benar," kata dia.

Reporter: Fauzan Jamaludin

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya