Penetrasi Sudah 90 Persen, Pertumbuhan 4G Dinilai Sudah Signifikan

Sejak layanan 4G diperkenalkan, penetrasinya sudah mencapai 90 persen dari total populasi penduduk di Indonesia.

oleh Jeko I. R. diperbarui 14 Mei 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2019, 18:00 WIB
20151102-XL Siapkan 4G LTE Bagi Penggila Internet di Indonesia
Teknisi XL menuruni anak tangga usai melakukan atas perangkat BTS 4G di atas menara di kawasan Lembang, Bandung, (2/11/2015). Frekuensi ini akan menjadi penopang bagi layanan 4G LTE. (Liputan6.com/Yudha Gunawan)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) terus mendorong penetrasi mobile broadband lewat layanan 4G agar bisa dirasakan seluruh lapisan masyarakat. Bahkan, rencananya Kemkominfo juga akan menggeber 4G ke daerah tertinggal, terpencil, dan terluar dengan memanfaatkan infrastruktur Palapa Ring.

Disampaikan, Ismail selaku Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kemkominfo, sejak layanan 4G diperkenalkan, penetrasinya sudah mencapai 90 persen dari total populasi penduduk di Indonesia.

Dengan beroperasinya layanan mobile broadband melalui jaringan 4G, Ismail menilai dinilai ini sudah memberikan perubahan dan manfaat yang signifikan bagi masyarakat Indonesia.

Salah satu manfaat dari kehadiran layanan mobile broadband dengan jaringan 4G menurut Ismail adalah mendorong produktifitas masyarakat.

Dengan hadirnya mobile broadband, akan banyak aktivitas ekonomi masyarakat tumbuh. Contohnya untuk e-Commerce, transaksi jual beli secara online, e-Government, e-Learning maupun e-Health. Ia juga berpendapat kalau saat ini mobile broadband dijadikan salah satu indikator kemajuan suatu negara, sehingga reputasi Indonesia di dunia internasional diukur dari kemajuan dan penetrasi mobile broadband.   

“Saat ini masyarakat Indonesia sudah merasakan manfaat dari mobile broadband. Ini dibuktikan dengan tumbuhnya digital ekonomi yang eksponensial dalam beberapa waktu terakhir ini. Kunci utama dari pertumbuhan ekonomi digital adalah konektivitas dan akses dari mobile broadband. Sehingga manfaat kehadiran dari mobile broadband sudah dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia,” papar Ismail.

Mengenai kualitas dari mobile broadband, Ismail masih belum merasa puas. Namun perkembangannya dari hari ke hari dinilai semakin membaik.

Ia berujar, kualitas backbone juga menentukan kualitas dari mobile broadband. Jika akses dipasang layanan 4G tapi backbone masih menggunakan akses yang bukan kecepatan tinggi, maka justru akan terjadi bottleneck.

“Oleh karena itu, pemerintah tengah menyelesaikan Palapa Ring hingga ke pelosok-pelosok. Insya Allah pertengahan 2019 ini seluruh kabupaten kota akan terhubung dengan backbone Palapa Ring. Tujuannya agar kualitas backbone meningkat dan pada akhirnya kualitas dari mobile broadband melalui jaringan 4G LTE juga semakin baik,” terang Ismail.

Untuk cakupan 4G, Kemkominfo juga memiliki modern licensing telekomunikasi, komitmen pembangunan dan kualitas layanan.

Operator telekomunikasi wajib melaporkan komitmen pembangunan dan kualitas layanan yang telah meleka laksanakan. Ismail menjelaskan, evaluasi dan feedback terhadap modern licensing telekomunikasi, komitmen pembangunan dan kualitas layanan terus dilakukan oleh Kemkominfo.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Utilisasi Mobile Broadband

Bolt dan First Media
Dirjen SDPPI DR Ismail (tengah) didampingi Anggota KRT BRTI Ketut dan Perwakilan Ditjen PPI Kemkominfo dalam konferensi pers mengenai nasib Bolt dan First Media (Foto: Kemkominfo)

Mengenai utilisasi jaringan mobile broadband yang dibangun oleh operator selular di Indonesia, dinilai Ismail masih terbilang rendah.

Masih rendahnya utilisasi tersebut disebabkan ketersediaan low end handset smartphone serta masih banyak masyarakat yang masih memiliki handset feature phone.

Kendala lain yang kerap ditemui Kemkominfo dalam sosialisasi penggunaan mobile broadband adalah cara melakukan setting handset. Memang, di setiap handset yang dimiliki masyarakat ada buku panduan cara setting baik itu otomatis 4G, atau manual 4G, 3G atau 2G.

“Kita sering menemukan perangkat sudah 4G tapi setting masih 3G atau bahkan 2G. Bahkan ada SIM Card yang masih belum bisa 4G. Jadi ganti handset ke smartphone tidak serta merta membuat orang pindah ke 4G. Itu salah satu kendala yang kita temui. Maka dari itu kita perlu melakukan sosialisasi lebih lagi mengenai setting handset 4G LTE,” ujar Ismail.

Oleh sebab itu Kominfo bersama jajarannya seperti BRTI dan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio (Balmon), akan terus melakukan sosialisasi terhadap manfaat dan kegunaan dari mobile broadband.

Selain melakukan sosialisasi bersama jajaran Kominfo, Ismail mengharapkan juga mitra kerjanya seperti operator telekomunikasi selular juga gencar melakukan sosialisasi manfaat dan cara setting handset yang benar. Sehingga layanan mobile broadband melalui jaringan 4G LTE dapat segera dimanfaatkan secara optimal.

Menurut Ismail, dengan semakin banyaknya masyarakat yang memanfaatkan secara optimal layanan mobile broadband melalui jaringan 4G, operator juga mendapatkan manfaat seperti penghematan maintenance. Sebab, operator tak perlu menjalankan beberapa teknologi sekaligus dalam satu area.

“Jika jaringan 4G sudah tersedia dan masyarakat sudah memanfaatkan dengan optimal, maka layanan 2G bisa ditutup. Jika layanan 2G sudah ditutup artinya operator tak perlu mengoperasikannya lagi. Belum lagi dari sisi penghematan spektrum radio. Dengan masyarakat yang memanfaatkan layanan 4G maka optimalisasi penggunaan spektrum dapat terjadi,” pungkas Ismail.

(Jek/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya