Bjork dan Microsoft Pakai AI untuk Ciptakan Musik

Dalam sebuah proyek antara Microsoft dan Bjork, AI akan mengandalkan tangkapan kamera yang diletakkan di atap hotel Sister City di New York City

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2020, 11:30 WIB
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah diterapkan di banyak bidang, mulai dari automatisasi hingga membantu dokter mendeteksi penyakit.

Nah, sekarang adalah masa di mana AI dapat diterapkan di bidang musik. Dalam sebuah proyek antara Microsoft dan Bjork, AI akan mengandalkan tangkapan kamera yang diletakkan di atap hotel Sister City di New York City.

"Ia dapat menemukan dan memahami akurasi lebih baik atas berbagai objek, dengan detail jauh lebih tinggi. Jadi, AI tidak hanya menilai awan-awan, tetapi juga mengamati kepadatan dan jenisnya, misalnya, apakah itu awan kumulus atau nimbus. AI ini juga tidak akan hanya mengamati seekor burung, tetapi juga akan membedakan seluruh kawanan burung," demikian keterangan resmi proyek ini dikutip dari Ubergizmo, Rabu (22/01/2020).

Musik akan melakukan adaptasi berdasarkan apa yang dideteksi oleh AI ini. Hal ini cukup pintar di mana tren cuaca dengan jangka panjang juga dapat mengubah musik.

Ini memang penerapan AI yang relatif baru, tetapi ini masih sebatas tahap awal tentang apa yang AI dapat dan tidak dapat lakukan. 

Nah, kalau kamu berminat buat sekedar melihat atau memeriksa eksperimen AI ini, musik akan tersedia di lobi hotel Sister City di New York City.

Kecerdasan Buatan Bisa Deteksi Kadar Glukosa Rendah tanpa Tusuk Jari

Diwartakan sebelumnya, Kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) di bidang kesehatan kembali menunjukkan manfaatnya.

Kini, deteksi kadar glukosa rendah dengan ECG bisa dilakukan tanpa tusuk jari berkat penggunaan kecerdasan buatan.

Dalam studi yang diterbitkan di Nature Springer journal Scientific Reports, peneliti di University of Warwick, Dr. Leandro Pecchia, mengatakan bahwa dia dan timnya dapat mendeteksi peristiwa hipoglikemik (kadar glukosa rendah) dari sinyal EKG yang diperoleh dengan sensor yang dapat dikenakan dan noninvasif tanpa tusuk jari.

Mengutip Eurekalert, Rabu (15/1/2020), dua studi percontohan dengan sukarelawan orang sehat menemukan sensitivitas dan spesifisitas rata-rata sekitar 82 persen untuk deteksi hipoglikemia. Meskipun noninvasif, angka ini sebanding dengan kinerja CGM saat ini.

Saat ini Continuous Glukosa Monitors (CGM) tersedia oleh NHS--Program Layanan Kesehatan di Britania Raya--untuk deteksi hipoglikemia. 2 dari 2 halaman

Inovasi

"Tindakan tusuk jari tidak pernah menyenangkan dan dalam beberapa keadaan, sangat rumit. Melakukan tusuk jari pada malam hari tentu tidak menyenangkan, terutama bagi pasien di usia anak-anak," ujar Dr. Leandro.

"Inovasi kami terdiri dari penggunaan kecerdasan buatan untuk mendeteksi hipoglikemia otomatis melalui beberapa ketukan EKG. Ini relevan karena EKG dapat dideteksi dalam keadaan apa pun, termasuk tidur," tutur Leandro lebih lanjut.

(Fitriah Nurul Annisa/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya