Liputan6.com, Jakarta - Satelit Nusantara Dua yang merupakan hasil kerja sama antara Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bersama Indosat Ooredoo dan Pintar Nusantara Sejahtera (PNS) dijadwalkan siap meluncur tahun ini.
Kerja sama tiga perusahaan itu sebenarnya sudah dilakukan sejak 2017. Ketiganya lantas membentu perusahaan joint venture yang diberi nama Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS).
Menurut rencana, satelit Nusantara Dua akan menggantikan satelit Palapa-D. Satelit ini akan digunakan untuk melayani kebutuhan akses internet broadband dan layanan penyiaran berkualitas tinggi.
Advertisement
"Kami optimistis satelit ini akan memberikan benefit bagi percepatan pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah Indonesia sehingga menjadi solusi mengurangi kesenjangan digital nasional," tutur Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (2/4/2020).
Baca Juga
Lebih lanjut Adi menuturkan satelit Nusantara Dua dapat semakin memperkuat posisi kelompok usaha PSN sebagai pemain utama dan terkemuka di industri satelit di Indonesia.
Presiden Direktur PSNS Johanes Indri Prijatmodjo mengatakan perusahaan juga tetap berkomitmen meluncurkan satelit Nusantara Dua, meski saat ini Indonesia dan dunia sedang menghadapi masalah penyebaran Covid-19.
“Program satelit Nusantara Dua merupakan program jangka panjang kami dan merupakan bentuk komitmen perusahaan kepada para pelanggan di seluruh Indonesia,” kata Johanes.
Johanes menuturkan satelit Nusantara Dua akan beroperasi menggantikan satelit Palapa-D milik Indosat Ooredoo yang berada di 113 derajat Bujur Timur.
Satelit ini dibuat oleh China Great Wall Industry Corporation dengan berat saat diluncurkan adalah 5.500kg. Sementara bobot roket peluncurannya mencapai 425.800kg.
Siap Meluncur April 2020
Dengan kapasitas 20x36MHz transponder C-band FSS dan 9,5Gbps HTS, satelit ini dapat mencakup wilayah seluruh Indonesia, Asia Pasifik, hingga Australia untuk transponder C-Band dan seluruh Indonesia untuk HTS.
Satelit ini akan memiliki masa hidup hingga 15 tahun mendatang dan memiliki teknologi serupa pendahulunya, yakni Nusantara Satu. Adapun teknologi itu termasuk Classic Fixed Satellite Service di C-band dan HTS di Ku-band.
"Dengan itu, satelit menjadi lebih efisien namun tetap memiliki nilai tambah pada kehandalan tautan. Satelit ini pun dapat dimanfaatkan untuk VSAT, broadcast, broadband, backbone, serta backhaul," tutur Johanes menjelaskan.
Sekadar informasi, tahap awal pembangunan satelit ini dilakukan sejak 2017. Lalu pada awal Maret 2020, proses pre-shipment review satelit sudah selesai dan diperkirakan dapat mengantar satelit meluncur awal April 2020, lalu beroperasi Juni 2020.
(Dam/Ysl)
Advertisement