Sejumlah Karyawan Twitter Kunci Akun karena Takut Pendukung Donald Trump

Sejumlah karyawan Twitter memilih untuk mengunci akun dan ubah bio karena takut akan pendukung Donald Trump.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 18 Jan 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2021, 07:30 WIB
Aplikasi Twitter
Aplikasi Twitter. Ilustrasi: Dailydot.com

Liputan6.com, Jakarta - Kerusuhan oleh massa pendukung Donald Trump yang terjadi di Capitol Hill, Washington DC, membuat akun Twitter Donald Trump dibekukan secara permanen.

Rupanya para pendukung Donald Trump tidak terima dengan sikap Twitter yang membekukan permanen akun jagoannya.

Para pendukung Donald Trump pun pernah maksud menggeruduk kantor pusat Twitter karena merasa keputusan Twitter membungkam kebebasan berpendapat.

Kini, sejumlah karyawan Twitter memilih untuk menggembok akun mereka. Bahkan para karyawan Twitter menghapus biografi profilnya karena khawatir mungkin menjadi target pendukung Trump. Demikian dikutip dari laman The Verge, Senin (18/1/2021).

Beberapa pejabat eksekutif Twitter juga telah dikawal oleh petugas keamanan pribadi karena perusahaan memperhitungkan keputusannya membekukan salah satu akun dengan suara paling berpengaruh di dunia.

Perlu diketahui, akun Donald Trump @realDonaldTrump dibekukan secara permanen oleh pihak Twitter pada 8 Januari 2021.

Akun Twitter Donald Trump tersebut dibekukan karena telah dianggap mengeluarkan hasutan yang bisa menimbulkan kekerasan lebih lanjut.

Tweet yang Bikin Akun Donald Trump Dibekukan Permanen

Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter (Liputan6.com/Sangaji)

Dalam salah satu cuitannya pada 6 Januari 2021, Donald Trump mengajak para pendukungnya untuk menunjukkan kekuatan dan berjuang lebih keras dengan melakukan protes di Capitol Hill.

Trump juga mencuit, Wakil Presiden Mike Pence tidak memiliki keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Donald Trump juga mencuitkan kata-kata "kami mencintaimu" kepada para pendukungnya.

Dewan Perwakilan Rakyat AS kemudian memakzulkan Donald Trump untuk kedua kalinya pada 13 Januari lalu karena dianggap telah mengumumkan hasutan pemberontakan.

Menurut Twitter, CEO Jack Dorsey yang bekerja remote dari pulau pribadinya di hari kerusuhan tidak sepenuhnya yakin larangan sementara atas akun presiden Donald Trump adalah keputusan yang tepat.

Eksekutif Twitter mengatakan kepada Jack Dorsey, tanggapan terhadap cuitan Trump sehari setelah kerusuhan memperlihatkan ada kemungkinan terjadi kekerasan yang lebih parah di dunia nyata.

Akhirnya, Twitter memutuskan untuk melakukan pembekuan akun Twitter Donald Trump secara permanen.

Selanjutnya, lebih dari 300 karyawan Twitter menandatangani petisi internal yang menyerukan penangguhan permanen akun Trump. Namun menurut laporan The New York Times, perusahaan telah memutuskan untuk membekukan akun Donald Trump.

Pembekuan Permanen Akun Trump Dianggap Keputusan Tepat

Akun Twitter Donald Trump
Akun Twitter Donald Trump

Setelah Twitter, Snapchat mengeluarkan keputusan penghapusan permanen akun Presiden Donald Trump. Twitch dan Facebook pun menerapkan larangan tanpa batas pada akun Donald Trump.

Pihak Facebook menjelaskan, "risikonya terlalu besar jika membiarkan presiden terus menggunakan layanan kami."

Tidak hanya itu, platform online Shopify menghapus kampanye Trump.

Sementara, dalam utas cuitan, Jack Dorsey mengatakan, membekukan akun Trump adalah keputusan tepat bagi Twitter.

"Kekerasan dan kerusakan offline akibat pidato online terbukti nyata dan mendorong kebijakan penegakan kami di atas segalanya. Twitter harus melihat secara kritis inkonsistensi kebijakan dan penegakan layanannya," kata Dorsey dalam cuitan.

(Tin/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya