ViBiCloud Hadirkan Solusi Multi-Cloud Berbasis Microsoft Azure Arc

ViBiCloud baru saja memperkenalkan solusi manajemen platform multi-cloud dan lokal yang berbasiskan Microsoft Azure Arc.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 08 Feb 2021, 09:30 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2021, 09:30 WIB
ViBiCloud
ViBiCloud kini memperkenalkan solusi manajemen platform multi-cloud dan lokal berbasis Microsoft Azure Arc. (Sumber: ViBiCloud)

Liputan6.com, Jakarta - ViBiCloud sebagai salah satu perusahaan penyedia layanan cloud managed baru saja memperkenalkan solusi manajemen platform multi-cloud dan lokal. Solusi ini merupakan bagian dari penawaran hybrid ViBiCloud di Indonesia yang berbasiskan Microsoft Azure Arc.

Microsoft Azure sendiri disebut menawarkan kapabilitas hybrid unik yang memberikan fleksibilitas bagi pelanggan untuk berinovasi, baik di mesin on-premise, di berbagai platform cloud, termasuk di perangkat sendiri.

"Di era digital saat ini, solusi berbasis cloud menjadi salah satu pendorong perusahaan dalam memberikan akses bagi karyawannya bekerja dari jarak jauh, terutama staff pemantau infrastruktur TI," tutur CEO ViBiCloud Alfonsus Bram dalam keterangan resmi, Senin (8/2/2021).

Solusi cloud juga menjadi salah satu cara terbaik mengurangi biaya operasional perusahaan. Bahkan untuk Azure Arc, Alfonsus menuturkan, sistem ini bisa menjadi jawaban untuk keragaman solusi berbasis cloud yang dimiliki perusahaan.

"Terlepas dari sistem operasi yang berbeda, cluster Kubernetes dan aplikasi di atasnya, Azure Arc memungkinkan pelanggan memastikan inventaris yang konsisten, manajemen, dan keamanan di lingkungannya," tutur Chief Partnership Officer Microsoft Indonesia Linda Dwiyanti.

Azure Arc diketahui menerapkan kebijakan yang sama, tapi tidak dengan pengaturan serupa dan berulang pada konfigurasi setiap lingkungan TI. Karenanya, sistem ini mudah mengadopsi standar keamanan global atau kepatuhan, seperti ISO27001, HIPAA, dan FedRAMP.

4 Tren Strategi Data Perusahaan di Asia Pasifik pada 2021: 5G hingga Etika A

Ilustrasi Server, Cloud Server, Cloud Hosting
Ilustrasi Server, Cloud Server, Cloud Hosting. Kredit: Colossus Cloud via Pixabay

Di sisi lain, Cloudera mengumumkan empat tren yang akan mendominasi pada tahun 2021 dan berpotensi berpengaruh terhadap strategi data perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik.

Tren ini meliputi peristiwa data storm yang akan terjadi karena ketersediaan 5G, peningkatan akses ke Machine Learning, peningkatan kebutuhan tata kelola data, dan kebangkitan etika kecerdasan buatan.

"Walaupun tahun ini menyiratkan berbagai ketidakpastian, satu hal yang pasti adalah bahwa data akan terus memainkan peranan yang sangat penting pada tahun 2021 dan tahun-tahun mendatang," tutur Daniel Hand, Field CTO for APJ, Cloudera.

Menurut Daniel, Banyak organisasi dan perusahaan telah memanfaatkan data untuk memperkuat daya tahan bisnis mereka selama setahun terakhir. Selepas itu, kata Daniel, mereka harus menggunakan data untuk mencapai agilitas yang dibutuhkan guna mengatasi disrupsi lainnya di masa depan.

"Untuk melakukan itu, mereka perlu memastikan bahwa strategi datanya betul-betul dapat mengantisipasi empat tren yang bakal mendominasi tahun ini," tutur Daniel.

1. 5G di Asia Pasifik dan data storm

Teknologi 5G akan berdampak pada strategi data perusahaan sebab teknologi ini dapat memberikan konektivitas masif bagi Internet of Things (IoT). Satu jaringan 5G dapat menangani hingga1 juta perangkat terhubung (connected devices) di area seluas 1 kilometer persegi. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik yang mengadopsi teknologi IoT harus siap-siap bernavigasi di tengah data storm yang tercipta oleh connected devices itu.

2. Peningkatan akses ke Machine Learning

Semakin banyak perusahaan menggunakan Machine Learning untuk menghadapi tantangan-tantangan tadi. Namun, banyak di antara mereka yang mengambil pendekatan Machine Learning sedikit demi sedikit alih-alih menyeluruh. Alhasil, mereka sulit menjadi betul-betul menjadi perusahaan yang data-driven.

Perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik bisa mengatasi masalah ini dengan mengoperasionalkan Machine Learning secara menyeluruh, bahkan tanpa bantuan dari IT dan tim Data Science. Untuk melakukan ini, mereka perlu memahami, memercayai, dan mengomunikasikan model Machine Learning agar berdampak pada bisnis mereka.

3. Tata kelola data

Ilustrasi Big Data. Dok: pridis.com
Ilustrasi Big Data. Dok: pridis.com

Hybrid cloud saat ini sudah menjadi pilihan default bagi kebanyakan perusahaan. IDC memproyeksikan pada 2021 lebih dari 90 persen perusahaan di Asia Pasifik (kecuali Jepang) akan mengandalkan perpaduan antara on-premise/dedicated private cloud, beberapa public cloud, dan platform lama (legacy) untuk menjawab kebutuhan infrastruktur mereka.

Karena data menyebar di seluruh hybrid cloud, sangat penting bagi perusahaan untuk mengamankan dan mengelola data-data itu secara efektif, entah digunakan atau tidak.

Perusahaan yang pengamanan dan tata kelola datanya lemah tak hanya rentan menjadi korban serangan siber dan ancaman lainnya, tapi juga akan kesulitan mematuhi berbagai regulasi seperti peraturan perlindungan data dan kewajiban Know Your Customer (KYC).

4. AI dan persoalan etika

Semakin banyak perusahaan yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk menciptakan solusi scalable dapat meningkatkan risiko reputasi, regulasi, dan hukumnya.

Saat ini, wacana seputar etika AI berkisar pada masalah anonimisasi data. Australia, Singapura, dan Korea Selatan sudah memiliki kerangka kerja AI. Sementara pasar lainnya, termasuk India dan Indonesia, sedang menyusun berbagai regulasi dan menetapkan standar nasional untuk inovasi AI pada tahun 2021.

"Kami memperkirakan tren yang sama akan terjadi di Indonesia pada 2021, menyusul berbagai kemajuan yang terjadi di negeri ini," kata Fanly Tanto, Country Manager for Indonesia, Cloudera.

Sebagai contoh, menurut Fanly, 5G akan segera dimulai begitu pemerintah selesai mengalokasikan blok frekuensi 5G kepada tiga operator yang terpilih dalam tender beberapa waktu lalu. Hal ini akan menjadi penyebab lonjakan data dalam jumlah sangat besar sebab 5G akan mendorong IoT dan edge computing.

"Sangat penting bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mampu mengelola data mereka dengan efektif dan mematuhi berbagai regulasi perlindungan data," tutur Fanly.

(Dam/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya