China Akan Perkuat Industri Keamanan Siber Senilai Rp 560 Triliun

Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China akan mengembangkan industri keamanan siber yang diperkirakan bernilai lebih dari Rp 560 triliun.

oleh Iskandar diperbarui 12 Jul 2021, 19:07 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2021, 19:00 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengklaim telah mengeluarkan 'rancangan rencana aksi tiga tahun' untuk mengembangkan industri keamanan siber.

Mengutip laman Reuters, Senin (12/7/2021), sektor ini kemungkinan bernilai lebih dari 250 miliar yuan (US$ 38,6 miliar) atau sekitar Rp 560 triliun pada tahun 2023.

Draf tersebut muncul ketika otoritas China meningkatkan upaya untuk merancang peraturan dalam mengatur penyimpanan data, transfer data, dan privasi data pribadi dengan lebih baik.

Sepanjang akhir pekan kemarin, Administrasi Cyberspace China mengusulkan rancangan aturan yang menyerukan semua perusahaan teknologi dengan lebih dari 1 juta pengguna untuk menjalani tinjauan keamanan sebelum mendaftarkan diri ke luar negeri.

Peraturan itu mencuat setelah penyelidikan dari raksasa ride-hailing lokal Didi Chuxing yang diduga melanggar undang-undang privasi data.

Administrasi Cyberspace China bahkan telah memerintahkan semua toko aplikasi smartphone untuk berhenti menawarkan aplikasi Didi Chuxing setelah ditemukan mengumpulkan data pribadi pengguna secara ilegal.

Tiongkok Mau Tembakkan Roket untuk Selamatkan Bumi dari Asteroid

Ilustrasi asteroid Bennu
Ilustrasi asteroid Bennu (NASA)

Tak hanya dari sektor keamanan siber, ilmuwan Tiongkok berencana untuk menembakkan lebih dari 20 roket ke luar angkasa untuk mengalihkan dampak asteroid yang berbahaya bagi Bumi. Target ilmuwan Tiongkok ini adalah sebuah asteroid bernama Bennu.

Bennu merupakan batuan luar angkasa yang beratnya diestimasi sekitar 85,5 juta ton dan berada di jalur luar, dengan jarak 7,5 juta Km dari Bumi. Bennu diperkirakan mendekati Bumi antara tahun 2175 dan 2199.

Mengutip Live Science, Senin (12/7/2021), meskipun peluang asteroid Bennu menabrak Bumi cukup tipis, yakni hanya 1 : 2.700, asteroid selebar Gedung Empire State ini bisa menyebabkan bencana besar jika sampai bertabrakan dengan Bumi.

Disebutkan, perkiraan energi kinetik tubrukan Bennu dengan Bumi adalah 1.200 megaton, kira-kira 80 ribu kali lebih besar dari energi bom atom Hiroshima. Sebagai perbandingan, asteroid yang pernah memusnahkan dinosaurus menghasilkan energi kinetik sekitar 100 juta megaton.

Dilaporkan Live Science, para ilmuwan di Pusat Sains Antariksa Nasional Tiongkok menghitung, 23 roket Long March 5, masing-masing sebesar 992 metrik ton, dapat mendorong asteroid Bennu secara bersamaan guna mengalihkan rute Bennu, menjauh dari Bumi.

Ilmuwan menghitung, total pengalihan adalah sejauh 9.000 Km atau 1,4 kali jari-jari Bumi. Perhitungan ini dirinci dalam sebuah studi baru yang akan diterbitkan dalam jurnal Icarus, November mendatang.

Dampak Bennu Jika Menabrak Bumi

Ilustrasi OSIRIS-REx saat mengambil sampel di permukaan asteroid Bennu
Ilustrasi OSIRIS-REx saat mengambil sampel di permukaan asteroid Bennu (NASA)

Engineer Pusat Sains Antariksa Nasional Tiongkok di Beijing sekaligus penulis utama studi, Mingtao Li, mengatakan, dampak asteroid Bennu menimbulkan ancaman besar bagi semua kehidupan di Bumi.

"Membelokkan asteroid pada lintasan tubrukan sangat penting untuk mengurangi ancaman ini," kata Li.

Rencana para ilmuwan Tiongkok ini akan menghindari kebutuhan untuk menghentikan asteroid dengan cara langsung, sekaligus lebih berisiko. Mirip dengan metode bom atom di film Armageddon.

Pada kenyataannya, menabrakkan asteroid yang mendekat akan memecahnya menjadi bagian lebih kecil dan bisa menimbulkan bahaya bagi Bumi.

Sekadar informasi, rencana ilmuwan Tiongkok ini mengikuti proposal serupa di masa lalu, yang dibuat oleh Amerika Serikat. NASA sebelumnya menyebut proposal ini sebagai Hypervelocity Asteroid Mitigation Mission for Emergency Response (HAMMER).

Tentang Roket Long March 5 Tiongkok

FOTO: China Luncurkan Modul Inti Stasiun Luar Angkasa Tianhe
Roket Long March 5B membawa modul inti Stasiun Luar Angkasa Tianhe lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan, China, Rabu (29/4/2021). Baru pada tahun 2003 China mengirim astronot pertamanya ke orbit. (STR/AFP)

Pelaksanaannya adalah NASA mengirim armada pesawat ruang angkasa setinggi 9 meter dengan pendobrak, guna menabrak asteroid hingga ke luar jalur.

Simulasi NASA memperlihatkan, 34-53 pukulan HAMMER (yang diluncurkan 10 tahun sebelum Bennu menabrak Bumi) bisa menggeser jalur asteroid ini.

Sekadar informasi, roket Long March 5 merupakan roket milik Tiongkok yang menyelesaikan sebagian besar peluncuran ke stasiun luar angkasa Tiongkok. Long March 5 juga pernah meluncurkan robot tanpa awak (probe) Tiongkok ke Mars dan Bulan.

Kendati demikian, Long March 5 juga pernah jatuh ke Bumi, yang  pada Maret lalu sempat terbakar dan masuk ke laut, di dekat semenanjung Arab. Selain itu, diyakini pada Mei 2020, pecahan roket ini juga menabrak dua desa di Pantai Gading.

(Isk/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya