Liputan6.com, Jakarta Badan antariksa Jepang mengungkapkan rencana mereka untuk menyusul China dan Amerika Serikat (AS) ke Mars, dan membawa sampel tanah dari planet tersebut.
Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), mengatakan mereka akan beroperasi lebih cepat ketimbang dua negara tersebut, yang sudah menempatkan operasi mereka di Mars.
Advertisement
Baca Juga
Harapannya, Jepang bisa menemukan petunjuk tentang asal usul planet tersebut serta kemungkinan jejak kehidupan.
Dikutip dari AP News, Rabu (25/8/2021), JAXA berencana meluncurkan penjelajah mereka di tahun 2024, dan mendarat di salah satu satelit dari Mars yaitu Fobos (Phobos).
Mereka berencana untuk mengumpulkan 10 gram tanah dari bulan alami planet tersebut, lalu kemudian dibawa kembali ke Bumi pada tahun 2029.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bisa Lebih Cepat dari Tiongkok dan AS
Dalam konferensi persnya Kamis pekan lalu, Manajer Proyek Yasuhiro Kawakatsu mengatakan, durasi operasi yang lebih singkat itu bisa membuat mereka lebih cepat daripada AS dan Tiongkok.
Saat ini, rover Perseverance milik NASA masih beroperasi di kawah Mars untuk mengumpulkan 31 sampel, sebelum kembali ke Bumi di 2031 dengan bantuan European Space Agency (ESA).
Misi NASA dan ESA sendiri lebih fokus pada potensi bentu kehidupan dan evolusi di area kawah Jezero, yang dipercaya sebagai sebuah danau purba.
Sementara, Tiongkok juga sudah mendaratkan pesawat mereka, Zhurong, di Mars bulan Mei lalu. Mereka berencana membawa kembali sampel dari planet itu sekitar 2030.
Advertisement
Alasan Tak Mendarat Langsung di Mars
Menurut Kawakatsu, ilmuwan di JAXA percaya sekitar 0,1 persen dari permukaan tanah di Phobos berasal dari Mars, dan 10 gram bisa berisi sekitar 30 butir partikel kecil.
Tomohiro Usui, profesor di Institute of Space and Astronautical Science di Jepang, tanah di Phobos kemungkinan merupakan campuran material dari tempat itu sendiri, serta material dari Mars yang disebarkan oleh badai pasar.
Menurut Usui, mengumpulkan sampel dari beberapa lokasi di Phobos, memberikan peluang lebih besar untuk mendapatkan kemungkinan jejak kehidupan dari Mars, ketimbang mengambil tanah dari satu lokasi di planet merah itu sendiri.
Usui mengatakan, dengan mempelajari sampel tanah Phobos, termasuk bahan dari Mars, para ilmuwan berharap bisa mempelajari tentang evolusi biosfer planet Mars.
(Gio/Ysl)
Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan
Advertisement