Kapsul Orion Kembali ke Bumi, NASA Klaim Misi Artemis 1 Sukses

Administrator NASA Bill Nelson menyebut, penerjunan pesawat luar angkasa Orion, yang terjadi 50 tahun sejak hari pendaratan Apollo 17 di Bulan, adalah puncak pencapaian Artemis I.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Des 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 14:00 WIB
Orion dalam Misi Artemis I kembali ke Bumi (YouTube NASA)
Orion dalam Misi Artemis I kembali ke Bumi (YouTube NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Misi Artemis I (atau Artemis 1) badan antariksa Amerika Serikat, NASA, akhirnya kembali ke Bumi setelah perjalanan mengelilingi Bulan dinyatakan berhasil. Pesawat ini kembali pada Minggu, 11 Desember 2022 pukul 09.40 pagi Waktu Pasifik.

Wahana antariksa tanpa awak Orion mendarat di lepas pantai Baja, California, setelah berhasil menyelesaikan perjalanan hampir 26 hari. Ini memecahkan rekor penerbangan Apollo dan mengirimkan kembali foto-foto dari Bulan.

Mengutip laman resmi NASA, Senin (12/12/2022), misi Artemis I diluncurkan dengan roket Space Launch System NASA pada 16 November yang lalu, dari Launch Pad 39B di Kennedy Space Center NASA, Florida.

Selama 25,5 hari, NASA menguji Orion di lingkungan luar angkasa yang keras, sebelum menerbangkan astronaut di misi Artemis II.

Administrator NASA Bill Nelson menyebut, penerjunan pesawat luar angkasa Orion, yang terjadi 50 tahun sejak hari pendaratan Apollo 17 di Bulan, adalah puncak pencapaian Artemis I.

"Dari peluncuran roket terkuat di dunia hingga perjalanan luar biasa mengelilingi Bulan dan kembali ke Bumi, uji terbang ini merupakan langkah maju yang besar dalam eksplorasi bulan Generasi Artemis," kata Nelson.

Mike Sarafin, manajer misi Artemis I menyebutkan, dengan kembalinya kapsul Orion tersebut, mereka berhasil mengoperasikan pesawat itu di lingkungan deep space, yang dinilai melebihi ekspektasi.

"Dan menunjukkan bahwa Orion dapat bertahan dalam kondisi ekstrem saat kembali melalui atmosfer Bumi dari kecepatan bulan," ujarnya.

Dikutip dari Engadget, dengan kembalinya Orion ke Bumi, NASA akan mulai menilai semua data yang dikumpulkan pesawat tersebut dalam perjalanan 1,4 juta milnya melintasi angkasa. 

Misi Artemis II

Bermasalah, NASA Tunda Misi Peluncuran Roket Artemis 1 ke Bulan
Roket NASA untuk misi Artemis 1 terlihat setelah batal diluncurkan dari Launch Pad 39B, Kennedy Space Center, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 29 Agustus 2022. Proyek ini merupakan "sekuel" dari proyek Apollo yang mendarat di Bulan beberapa dekade lalu. (AP Photo/John Raoux)

Dalam beberapa hari mendatang, Orion akan kembali ke pantai di mana teknisi akan menurunkan pesawat itu dan memindahkannya dengan truk untuk kembali ke Kennedy.

Begitu tiba di sana, tim akan membuka palka dan menurunkan beberapa muatan termasuk manekin Commander Moonikin Campos yang merupakan eksperimen biologi luar angkasa, boneka Snoopy, dan kit penerbangan resmi.

Selanjutnya, kapsul dan pelindung panasnya juga akan menjalani pengujian dan analisa selama beberapa bulan.

Lebih lanjut, NASA juga akan mulai mempersiapkan Artemis II. Misi tersebut, yang dijadwalan pada 2024, akan membawa astronaut manusia terbang dengan pesawat Orion.

Lalu, di awal 2025 atau 2026, NASA berharap bisa melakukan pendaratan di Bulan pertamanya, sejak akhir program Apollo pada tahun 1972.

Melalui misi Artemis, NASA berencana untuk mendaratkan wanita dan orang kulit berwarna pertama di permukaan Bulan, membuka jalan bagi keberadaan Bulan untuk jangka panjang, serta batu loncatan untuk perjalanan ke Mars.

Alasan NASA Ingin Kembali Bawa Manusia ke Bulan

Bermasalah, NASA Tunda Misi Peluncuran Roket Artemis 1 ke Bulan
Roket NASA untuk misi Artemis 1 terlihat setelah batal diluncurkan dari Launch Pad 39B, Kennedy Space Center, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 29 Agustus 2022. Artemis dan Apollo adalah dewa-dewi kembar di mitologi Yunani. NASA menunda peluncuran roket Artemis dengan kapsul untuk krew yang tadinya direncanakan Senin 29 Agustus. (AP Photo/John Raoux)

Sebelumnya, astronaut Stan Love kepada The U.S. Sun mengungkapkan alasan NASA ingin menempatkan manusia ke permukaan Bulan. Love juga menjelaskan bagaimana Bulan sebenarnya bisa 'mengajari' manusia lebih banyak tentang Bumi.

"Kutub selatan Bulan juga merupakan rumah bagi sistem sumber daya kawah tumbukan terbesar. Jadi, jika kamu berjalan memutari Bulan, seluruh bagian selatan Bulan yang membentang dari khatulistiwa ke kutub selatan adalah kawah tumbukan," ujarnya.

Ia menambahkan, bagian itu disebut sebagai cekungan Kutub Selatan–Aitken dan itu menjorok 13 km ke dalam mantel Bulan yang menurut teori merupakan pembentukan bulan, terbuat dari mantel Bumi.

"Kami tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi di mantel karena terlalu dalam dan panas, tapi kami mungkin bisa mengetahuinya dari Bulan," ungkap Love kepada The U.S. Sun, dikutip Kamis (8/12/2022).

Astronaut Stan Love juga menjelaskan betapa pentingnya menemukan sumber daya Bulan.

"Kami juga ingin mengetahui sumber daya alam apa yang tersedia, terutama bahan yang mudah menguap, air, karbon dioksida, amonia, yang umum di asteroid dan komet," ucapnya menambahkan.

Love menyebut Bulan sendiri cukup kering, tetapi ada endapan di sana.

"Unsur-unsur yang mudah menguap itu dapat diubah menjadi oksigen, air minum, propelan roket, segala macam hal yang perlu kita jelajahi di ruang angkasa yang sudah ada di Bulan," papar Love.

 

Arti Nama Artemis

Bermasalah, NASA Tunda Misi Peluncuran Roket Artemis 1 ke Bulan
Roket NASA untuk misi Artemis 1 berada pada Launch Pad 39B sebelum diluncurkan di Kennedy Space Center, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 29 Agustus 2022. NASA menghadapi serangkaian kebocoran bahan bakar dan kesulitan mendinginkan mesin booster pada suhu yang tepat untuk peluncuran. (AP Photo/Chris O'Meara)

Artemis merupakan salah satu nama dari misi terbaru Nasa di 2022. Artemis I bertujuan untuk menguji roket Space Launch System baru Nasa dan pesawat ruang angkasa Orion di dalamnya.

Jika semua berjalan sesuai rencana pada kali kedua percobaan, maka akan mengorbit Bulan dalam penerbangan pemantauan selama 42 hari sebelum kembali ke Bumi.

Jika berhasil, Artemis I akan dilanjutkan ke peluncuran Artemis II pada 2024, sebuah misi flyby bulan berawak, dan kemudian Artemis III pada 2025, saat astronot Nasa akan benar-benar mendarat di permukaan bulan.

Proyek ini dimaksudkan untuk melibatkan lebih banyak wanita dalam program luar angkasa AS yang dimulai kembali.

Tercatat ada 30 persen insinyur wanita yang terlibat dalam desain konstruksi Artemis I dan kapalnya membawa dua manekin untuk menguji dampak radiasi pada tubuh wanita dengan tujuan meningkatkan keselamatan bagi para astronot wanita di masa depan.

Harapannya, Artemis III akan membawa wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama ke permukaan bulan dalam waktu tiga tahun.

Untuk merefleksikan aspirasi feminis dari misi ini, Nasa menamai misi ini Artemis dari dewi Yunani Kuno dengan nama tersebut, putri Zeus dan Leto dan saudara kembar Apollo, dewa matahari.

(Dio/Isk)

Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan. (Liputan6.com/Triyasni)

Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan
Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya