Investasi Digital Makin Populer, Literasi Digital Perlu Biar Tak Jadi Korban Penipuan

Investasi digital saat ini sudah mulai jadi tren. Namun, tetap diperlukan literasi digital agar tak mudah jadi korban penipuan atau kejahatan siber

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Jun 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)
Ilustrasi investasi, investasi saham (Photo by Tech Daily on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Investasi digital semakin populer di Indonesia, namun penting bagi para calon investor untuk waspada terhadap potensi penipuan.

Dalam upaya meningkatkan literasi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menggelar Workshop Literasi Digital di Jawa Barat Jumat, 2 Juni 2023.

Acara tersebut mengangkat tema "Perencanaan Keuangan dan Investasi Digital bagi Generasi Muda" dan melibatkan sejumlah narasumber terkemuka.

Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang dilakukan oleh Kominfo dan Katadata Insight Center pada 2021 mencatat, Indonesia masih berada dalam kategori "sedang" dalam hal literasi digital.

Oleh karena itu, Kemenkominfo mengadakan workshop dengan fokus pada kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Alim Syariati, akademisi dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dalam pemaparannya di kegiatan tersebut menjelaskan, investasi digital adalah kegiatan investasi yang menggunakan internet atau media digital sebagai platform.

Adapun secara statistik, seperti mengutip siaran pers, Senin (5/6/2023), jumlah investor di Indonesia tercatat sebanyak lebih dari 4 juta orang yang mana 81,64 persen adalah individu berusia kurang dari 40 tahun.

Alim mengatakan, beberapa kelebihan melakukan investasi digital adalah fleksibel, praktis, hemat, dan mudah dipantau secara langsung.

Namun di satu sisi, kekurangan dari investasi digital adalah rawan menjadi korban penipuan, serta masalah bidang keamanan seperti serangan siber. Jadi, penting untuk mengenali beragam risiko investasi.

 

Tidak Mudah Tergoda

Jenis-jenis Reksadana
Ilustrasi Investasi Reksadana Credit: pexels.com/pixabay

 

Karena itu menurut Alim, penting untuk mengenali risiko investasi dan mengklasifikasikan produk berdasarkan risikonya.

Beberapa investasi risiko kecil seperti emas atau logam mulia, reksa dana, dan deposito. Sementara risiko sedang seperti reksa dana campuran dan peer to peer landing, sementara yang berisiko tinggi antara lain saham dan reksa dana saham.

Alim pun juga menyarankan, apabila tertarik berinvestasi secara digital, seseorang harus bersikap tenang dan tidak mudah tergoda imbal besar dalam waktu singkat.

"Bersikap tenang dan tidak mudah tergoda iming-iming imbal balik besar dalam waktu singkat. Meminta pendapat yang ahli di bidang investasi digital juga sangat penting," ujarnya.

Selain itu, senantiasa jaga keamanan akun dan perangkat digital yang dipakai untuk investasi, demi mencegah jadi sasaran kejahatan siber.

 

Mulai Investasi Sejak Dini

Reksadana
Ilustrasi Investasi Uang Credit: pexels.com/pixabay

Selain itu, Heny Tri Purnaningsih, VP Head of Direct Sales & Retail East Java and Bali Nusra PT Indosat Tbk juga menyoroti pentingnya memulai investasi sejak dini bagi generasi muda.

Dia menekankan perlunya menabung dan menginvestasikan sebagian dana yang dimiliki.

"Cara memulai investasi sejak dini bisa dilakukan dengan menentukan tujuan keuangan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang," kata Heny dalam penjelasannya.

"Lakukan riset dan banyak bertanya kepada ahli atau pakar investasi, serta disiplin mengatur alokasi belanja," imbuhnya.

Untuk pemula, lanjut Heny, jenis investasi yang cocok adalah reksa dana, deposito, saham, peer to peer lending, emas, asuransi, atau properti.

Investasi sejak dini juga punya kelebihan, seperti pertumbuhan nilai investasi di masa depan, mengantisipasi tantangan keuangan di masa tua, serta memiliki ilmu pembelajaran maupun pengalaman yang cukup mengenai investasi.

 

Waspada Investasi Bodong

Ilustrasi Investasi Bodong (Arfandi/Liputan6.com)
Ilustrasi Investasi Bodong (Arfandi/Liputan6.com)

Sementara, I Gede Putu Krisna Juliharta, pengurus pusat Relawan TIK Indonesia, juga memperingatkan tentang fenomena investasi bodong yang semakin marak.

"Beberapa jenis investasi bodong adalah robot trading, koperasi bodong, atau arisan bodong. Aplikasi investasi jenis ini tidak mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Juliharta.

Menurutnya, dalam sebuah investasi bodong biasanya bagi hasil atau keuntungan yang ditawarkan pun tidak masuk akal.

Sehingga, Juliharta menyarankan calon investor untuk memeriksa legalitas dan izin investasi melalui situs OJK dan melakukan riset menyeluruh sebelum berinvestasi.

Dalam memilih aplikasi investasi, disarankan juga untuk memilih yang memiliki reputasi bagus dan positif.

Workshop Literasi Digital ini merupakan bagian dari program Indonesia Makin Cakap Digital yang didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan GNLD Siberkreasi.

Mereka juga menyediakan informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan kegiatan terkait melalui situs web literasidigital.id serta akun media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube.

(Dio/Ysl)

Infografis Modus Robot Trading Net89, Sudah Ada 8 Tersangka Kasus Investasi Bodong
Infografis Modus Robot Trading Net89, Sudah Ada 8 Tersangka Kasus Investasi Bodong (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya