Liputan6.com, Jakarta - Beijing tidak dimungkiri menjadi salah satu kota terpadat di dunia. Berdasarkan Databoks, Beijing berada di urutan kedelapan setelah Kairo, dengan jumlah penduduk sebanyak 21.766.214 jiwa.
Kepadatan di Beijing terjadi akibat adanya urbanisasi yang begitu cepat dan populasi yang terus meningkat. Wilayah perkotaan pun menjadi semakin padat dan mengalami keterbatasan lahan, sehingga harga lahan pun menjadi tinggi karena ketersediaan yang sangat minim.Â
Baca Juga
Kasus ini tentu saja menjadi persoalan yang harus dihadapi oleh masyarakat Beijing. Lahan yang langka dan membutuhkan biaya besar juga menjadi perkara dalam memenuhi kebutuhan pemakaman.
Advertisement
Contohnya, adalah pemakaman tradisional Babaoshan di Beijing yang juga menjadi semakin mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut, Beijing mulai menghimbau masyarakatnya untuk melakukan pemakaman digital. Terdengar cukup unik, bukan?Â
Dikutip dari Business Insider, Selasa (22/8/2023), Dewan Negara Tiongkok mengatakan pada 2035, Beijing akan berupaya mengurangi pemakaman umum yang ditempati hingga 70 persen.Â
Hal ini diharapkan bisa menjadi solusi dari tingginya kebutuhan lahan di tengah ketersediaan yang terbatas. Ini juga menjadi solusi untuk menekan pengeluaran berlebih untuk pemakaman tradisional.
Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan penguburan digital itu? Seperti namanya, pemakaman digital ini mengandalkan teknologi digital.
Salah satunya ada di Pemakaman Taiziyu, Beijing, yang memiliki kompartemen untuk menyimpan abu kremasi. Namun kompartemen ini unik, karena di bagian pintu ditampilkan gambar digital dan video orang yang telah meninggal.
Tercatat sejak awal 2023, ada lebih dari 500 plot pemamakan digital telah terjual di Beijing.
Tidak Hanya Gambar Digital, Penggunaan Kode QR Juga Diterapkan di Pemakaman Ini
Selain Pemakaman Taiziyu di Beijing yang menampilkan gambar digital dan video orang yang telah meninggal dan dimakamkan di sana, ada juga program green burial atau pemakaman hijau.
Dalam program ini, abu jenazah yang telah dikremasi dapat dimakamkan tanpa batu nisan atau mausoleum secara gratis. Kemudian keluarga atau kerabat jenazah akan diberi semacam plakat peringatan yang di atasnya terdapat kode QR.
Kode QR ini dapat dipindai oleh siapapun untuk mengakses informasi jenazah kapan saja. Dalam program ini, pemerintah juga mensponsori inisiatif yang mendorong pihak keluarga untuk menebarkan abu kremasi di laut.
Beijing bukanlah kota satu-satunya yang menerapkan pemakaman digital ini. Di Shanghai, mausoleum online yang disebut dengan Fu Shou Yuan, baru saja dibuka.
Projek "Heaven on the Cloud" yang dicanangkan oleh Fu Shou Yuan mempersilakan masyarakat untuk membuat pulau virtual dengan gambar, aset digital, dan file suara orang yang mereka sayangi.
Advertisement
Pemakaman Digital Menjadi Solusi Penghematan Uang dan Ruang
Mengutip sumber yang sama, SunLife sebagai perusahaan asuransi jiwa mencatat rata-rata biaya pemakaman di Tiongkok mencapai sekitar USD 5.400 atau sekitar Rp 82 juta.
Itu berarti, masyarakat di sana menghabiskan lebih dari 45Â persen dari rata-rata gaji tahunan mereka hanya untuk biaya pemakaman. Dan kemungkinan, tingginya pemakaman tradisional di Beijing melampaui angka tersebut.
Contohnya saja Pemakaman Taiziyu, yang mampu menelan biaya lebih dari USD 7.700 atau sekitar Rp 110 juta. Cukup tinggi memang, tetapi jika diperhitungkan, ini adalah sepertiga dari biaya plot pemakaman luar ruangan di area yang sama.
Tidak hanya lebih menghemat pengeluaran biaya, pemakaman digital juga dapat menghemat ruang. Pemakaman digital dengan luas kurang lebih 65 meter persegi bisa menampung lebih dari 150 petak makam.Â
Sementara jika digunakan untuk pemakaman tradisional, lahan seluas itu hanya mampu menampung enam makam tradisional.