Polisi Tangkap Siswa SMA yang Nyontek saat Ujian Pakai AI

Siswa itu dilaporkan terlihat berperilaku mencurigakan selama ujian. Setelah diselidiki, dia ternyata menyontek menggunakan AI.

oleh Iskandar diperbarui 13 Jun 2024, 06:30 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2024, 06:30 WIB
AI
Ilustrasi tools AI yang bisa digunakan untuk memudahkan proses pembuatan konten. (unsplash/Steve Johnson)

Liputan6.com, Jakarta - Pihak berwenang Turki telah menangkap seorang siswa di sekolah menengah atas (SMA) karena menyontek saat ujian masuk universitas dengan menggunakan perangkat lunak kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Siswa itu dilaporkan terlihat berperilaku mencurigakan selama ujian. Mengutip Reuters, Kamis (13/6/2024), orang lain yang membantu siswa curang tersebut juga ditahan.

Sebuah video yang dirilis oleh polisi di provinsi barat daya Isparta menunjukkan bagaimana siswa itu menggunakan kamera yang disamarkan sebagai kancing baju.

Kancing baju itu dihubungkan dengan perangkat lunak AI melalui router yang disembunyikan di sol sepatu siswa tersebut.

Seorang petugas polisi dalam video memindai sejumlah soal ujian untuk menunjukkan cara kerja sistem.

Secara mengejutkan, perangkat lunak AI itu mampu menghasilkan jawaban tepat, yang dibacakan melalui lubang suara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mahasiswa Ketahuan Pakai AI ChatGPT untuk Bikin PR Esai

AI
Ilustrasi AI. (Foto: Unsplash/Mohamed Nohassi)

Penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menggantikan karya buatan manusia masih menjadi kontroversi, di tengah semakin populernya beberapa platform, salah satunya adalah ChatGPT.

Di South Carolina, Amerika Serikat, seorang profesor perguruan tinggi menangkap basah mahasiswanya menggunakan bot ChatGPT, untuk menulis tugas esai dari kelas filsafatnya.

Dilansir New York Post, semua bermula saat awal Desember 2022, Darren Hick memberikan PR ke para murid di kelasnya, berupa menulis esai 500 kata tentang filsuf abad ke-18 David Hume dan paradoks horor.

Assistant philosophy professor di Furman University itu mendapati satu esai yang menampilkan beberapa penanda penggunaan AI pada karya siswa tersebut.

"Ini gaya yang bersih. Tapi itu bisa dikenali. Saya akan mengatakan itu menulis seperti siswa kelas 12 yang sangat cerdas," kata Hick soal jawaban tertulis ChatGPT, atas pertanyaan yang diberikan.

Hick menceritakan, ada kata-kata janggal tertentu yang digunakan yang tidak salah, tetapi terasa aneh.

"Jika Anda mengajari seseorang cara menulis esai, ini adalah cara Anda memberi tahu mereka untuk menulisnya, sebelum mereka menemukan gaya mereka sendiri," kata Hick.

Hick memang memiliki latar belakang etika hukum hak cipta. Namun dia mengatakan, hampir mustahil untuk membuktikan bahwa makalah muridnya tersebut dibuat oleh ChatGPT.

Profesor itu pun memasukkan teks pelaku ke dalam software yang dibuat oleh produsen AI ChatGPT, untuk menentukan apakah jawaban tertulis itu dibuat oleh kecerdasan buatan.

 


Melakukan Pengujian

Artificial Intelligence.
Ilustrasi AI Robotika Bersalaman dengan Manusia (Foto: Freepik)

Hick diberikan kemungkinkan 99,9 persen kecocokan. Namun tidak seperti software pendeteksi plagiarisme biasa, software yang dipakai tidak menampilkan kutipan.

Hick lalu mencoba membuat esai yang sama dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada ChatGPT, yang ia bayangkan telah diajukan oleh muridnya.

Cara itu menghasilkan jawaban serupa namun tidak ada kecocokan langsung. Hal ini karena alat itu merumuskan jawaban yang unik.

Hick kemudian menemui mahasiswa itu, yang akhirnya diketahui benar menggunakan ChatGPT. Kasus ini pun membuatnya gagal di kelas sang profesor. Dia juga dibawa ke dekan akademik.

"Akademisi tidak melihat ini datang. Jadi kami agak dibutakan olehnya," kata Hick.

Hick juga mengungkapkan bahwa dia segera melaporkan temuannya di Facebook. Rupanya, salah satu rekannya juga menemukan mahasiswa yang curang dengan cara serupa.

Profesor itu pun khawatir kasus-kasus lain hampir tidak mungkin dibuktikan. Selain itu, universitas sepeti Furman sedang berupaya menetapkan protokol akademik formal, untuk teknologi yang sedang berkembang.


Hal yang Bisa Dilakukan

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Untuk sekarang, Hick mengatakan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah mengejutkan siswa yang dicurigai dengan ujian lisan dadakan, berharap mereka lengah tanpa perlindungan teknologi.

Yang lebih menakutkan Hick adalah, jika ChatGPT terus belajar, kejanggalan dalam sebuah karya buatannya akan berkurang di atas kertas siswa.

"Ini adalah perangkat lunak pembelajaran--dalam sebulan, ini akan menjadi lebih pintar. Dalam setahun, itu akan menjadi lebih pintar," katanya.

"Saya merasakan perpaduan antara teror yang hina dan apa artinya ini bagi pekerjaan saya sehari-hari - tetapi ini juga menarik, sangat menarik," ucapnya menambahkan.

Dikutip dari The Guardian, ChatGPT merupakan kecerdasan buatan yang dikembangkan OpenAI.

Sebagai informasi, OpenAI merupakan yayasan kecerdasan buatan yang dibuat oleh Elon Musk. OpenAI menyebut kecerdasan buatan ini dikembangkan dengan berfokus pada kemudahan penggunaan.


Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya