Kenapa Bisa Biaya Perawatan Velodrome Rawamangun Tembus Rp 400 Juta

Apa alasan biaya perawatan velodrome Rawamangun yang mencapai Rp 400 juta?

oleh Muhammad Ivan Rida diperbarui 07 Agu 2018, 17:05 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2018, 17:05 WIB
Menpora, Imam Nahrawi
Menpora RI, Imam Nahrawi, bersepeda bersama atlet saat meninjau venue balap sepeda di Jakarta Internasional Velodrome, Jakarta, Selasa (31/7/2018). Menpora berharap para atlet dapat berprestasi di Asian Games 2018. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Jakarta - Direktur Venue and Enviroment Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC), Arlan Lukman, mengatakan biaya perawatan Jakarta International Velodrome (JIV) yang terletak di Rawamangun, Jakarta Timur, mencapai Rp 400 juta per bulan.

Biaya perawatan JIV cukup fantastis karena lintasan balap itu terbuat dari kayu Siberia. Di Indonesia yang beriklim tropis, tingkat kelembapan velodrome harus dalam kisaran 50-70 persen.

Mesin pendingin ruangan wajib dinyalakan agar lintasan balap dengan material kayu Siberia itu tetap kering, serta terhindar dari hama seperti burung dan tikus.

"Kami harus terus menyalakan mesin pendingin ruangan di velodrome setiap harinya. Itu wajib dilakukan supaya kelembapan lintasan terjaga. Kenapa bisa sampai Rp 400 juta? Ya itu karena mesin pendingin terus menyala sehingga biaya listriknya jadi membengkak," kata Arlan ketika dihubungi Bola.com, Selasa (7/8/2018).

"Fasilitas kelas dunia memang membutuhkan perawatan yang memadai. Velodrome ini setara dengan punya Inggris, di London. Dari segi fasilitas, punya kita tidak kalah dengan negara lain. Kita harus benar-benar merawat velodrome ini agar bisa terus digunakan dengan semestinya," tutur Arlan.

JIV akan digunakan cabang olahraga balap sepeda di Asian Games 2018. Tempat dengan kapasitas 3.000 kursi penonton itu dirancang oleh Ralph Schuermann, arsitek terkenal yang juga merancang velodrome Beijing untuk Olimpiade 2008 dan velodrome Guangzhou (Asian Games 2010).

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya