FEI CSIs International Jumping Competition 2025 Jadi Ajang Berkuda Terbesar di Indonesia

FEI CSIs International Jumping Competition 2025 akan berlangsung akhir pekan ini di Pulomas, Jakarta.

oleh Thomas diperbarui 23 Jan 2025, 18:05 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2025, 14:14 WIB
Equestrian
Ilustrasi berkuda (istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta- Indonesia kembali menjadi tuan rumah ajang berkuda kelas dunia, FEI CSIs International Jumping Competition 2025. Pertandingan yang digadang-gadangkan menjadi yang terbesar di Indonesia, bahkan Asia itu rencananya berlangsung di Jakarta International Equestrian Park Pulomas, Jakarta Timur, 24-26 Januari 2025.

President of Event FEI CSIs Indonesia, Adinda Yuanita, mengatakan ajang ini menjadi yang terbesar di Indonesia karena akan melibatkan lebih dari 200 ekor kuda yang sudah teregistrasi.

Nantinya, para atlet dan kuda yang berkompetisi di FEI CSIs International Jumping Competition 2025, wajib memiliki Rider's ID dan Horse ID yang terdaftar di FEI.

"Semua peserta yang akan hadir di sini harus punya rider's ID dan juga Horse ID, karena dalam Equestrian, horse atau kuda itu juga dianggap sebagai atlet," ujar Adinda.

"Jadi semua yang ikut itu pendaftaran langsung ke FEI, database hasilnya juga akan terlihat ranking, dan untuk di Indonesia pertama kali dibuat CSI one star (CSI1*) atau CSI J-A," sambungnya.

Adinda yang juga Executive Board Member Asian Equestrian Federation (AEF), mengatakan sudah ada beberapa negara yang mengkonfirmasi akan hadir di FEI CSIs International Jumping Competition 2025.

Selain atlet Indonesia, atlet berkuda negara tetangga seperti, Malaysia, Singapura, dan Australia bakal ambil bagian. Selain itu masih ada atlet asal Uzbekistan, Pakistan, dan Qatar, yang akan menjadi penantang tuan rumah.

Dihadiri Presiden AEF

Berkuda
Ilustrasi berkuda... Selengkapnya

Ajang ini nantinya akan dihadiri dan dibuka langsung oleh Presiden AEF, Hamad Al-Attiyah, serta Wakil Presiden AEF, Bakhromjon Gaziev.

"Pada saat opening ceremony, yang akan membuka adalah Presiden dari Asian Equestrian Federation, dari Qatar Hamad Al-Attiyah, juga akan ada Vice President Asian Equestrian Federation, dari Uzbekistan (Bakhromjon Gaziev), dia juga atlet, jadi dia akan ikut bertanding," ungkap Adinda.

Pada edisi sebelumnya, Indonesia sendiri berhasil meraih gelar juara pada dua kelas bergengsi yaitu, 125 cm open dan 120 cm.

Pada kelas tertinggi, 125 cm open, Rosad Febrisamina berhasil menjadi juara bersama kuda, Gentlemen. Rosad dibayangi oleh Riko Febryyanto dan Denies Cristian Sanjaya yang menduduki peringkat kedua dan ketiga.

Di kelas yang sama, Bakhromjon Gaziev gagal menunjukkan kemampuan terbaiknya dan harus puas berada di urutan kesembilan dari total 14 peserta.

Batu Loncatan Atlet Indonesia

Sementara itu dalam kelas 120 cm, atlet Indonesia, Steven Menayang dengan kuda Babriola, berhasil menjadi juara setelah melampaui Rahman Setiawan di posisi kedua.

Berkaca dari hasil tahun lalu, Adinda yang juga Sekretaris Jenderal PP PORDASI, berharap para atlet Indonesia yang akan turun di ajang ini bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya.

"Jadikan event-event seperti ini kesempatan untuk showcase, menunjukkan keterampilan, prestasi dan kemampuan. Jadi harus diikuti dengan serius. Ini kesempatan yang besar, biasanya kami kalau mau mengikuti CSI1, ini harus pertandingan ke luar negeri," harap Adinda.

"Harus maksimal dan mumpung di sini kan pakai kuda sendiri, kalau di luar negeri borrow horse (Kuda Pinjaman), jauh lebih susah bonding-nya," sambungnya.

Lebih lanjut, Adinda mengatakan ajang ini menjadi batu loncatan bagi atlet-atlet Indonesia untuk bisa mendapatkan jam terbang di level internasional.

Dengan desain lintasan yang berstandar dunia, para atlet Tanah Ait bisa mendapatkan pengalaman berharga sebagai modal jika terjun di multi-event, seperti Youth Olympic Games, SEA Games, dan Asian Games.

"Untuk hasil dari pertandingan ini, karena kami juga ada (atlet) junior, nanti ada Youth Olympic Games 2026. Roadmap yang terdekat adalah untuk SEA Games Bangkok 2025 dan Asian Games Tokyo 2026. Jadi pertandingan seperti ini sangat penting," jelas Adinda.

"Karena pertama rankingnya juga masuk langsung ke FEI, yang kedua, course atau kesulitan secara teknisnya sangat penting untuk atlet-atlet itu tahu secara teknis, sesulit apa ajang Internasional," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya