Liputan6.com, New York Sejak dulu, perempuan sulit menyamakan derajatnya dengan kaum laki-laki. Mereka harus menghadapi perjuangan yang berat untuk bisa berada pada peran yang selama ini didominasi kaum Adam, seperti kepemimpinan di tempat kerja.
Namun menurut Catalyst, Â sebuah organisasi perempuan profesional global memprediksi kondisi itu akan segera berubah.
Ini berkaitan dengan penuaan yang terjadi pada populasi di seluruh dunia. Hal ini terutama terjadi di negara adidaya ekonomi seperti China, Rusia dan Kanada.
Advertisement
Organisasi nirlaba berbasis di New York ini menilai penuaan membuat angkatan kerja aktif akan turun secara signifikan selama beberapa tahun ke depan.Â
Catalyst merupakan sebuah organisasi yang memfokuskan diri pada pengembangan peluang bagi perempuan dan bisnis.
Pergeseran demografis ini berarti lebih banyak kesempatan akan terbuka untuk perempuan, yang sebelumnya sempat ditahan di beberapa negara karena dominasi kaum laki-laki.
Di mana terjadi pembatasan dalam jaringan kerja yang bahkan kesenjangan tersebut diabadikan dalam hukum yanng berlaku, menurut laporan Catalyst yang dirilis menjelang Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret nanti, melansir laman BBC, Rabu (5/3/2014).
"Masyarakat dengan populasi penuaan ... dapat memberikan banyak kesempatan bagi perempuan dan anak perempuan untuk lebih terlibat dalam angkatan kerja, " isi laporan Catalyst.
Di Jepang, 32% dari penduduknya telah mencapai umur 60 tahun ke atas. Sementara tenaga kerja di China diperkirakan akan mengalami kontraksi pada 2015.
Kemudian di beberapa negara termasuk Rusia akan memiliki lebih sedikit orang yang memasuki angkatan kerja daripada mereka memasuki masa pensiun pada 2020.
Namun Deborah Gillis , Presiden dan CEO Catalyst mengatakan, untuk membuka pintu bagi perempuan untuk mengambil kemudi kepemimpinan baik di perusahaan global, pemerintah, masyarakat dan bisnis maka kaum perempuan harus membuat ruang perubahan. "Perempuan bisa mengubah dunia tapi pemberdayaan adalah jalan dua arah," kata Gillis.
Susan Stautberg, seorang CEO wanita disebuah perusahaan, menilai sebenarnya jika satu perusahaan banyak meletakkan perempuan pada jajaran kepemimpinan, bisnis mereka bisa mendapatkan keuntungan serta kemajuan lebih.
"Sebuah perusahaan bersaing dengan semua orang. Di mana-mana , mereka membutuhkan bakat terbaik - bukan teman terbaik mereka. Anda perlu memiliki ide-ide terbaik untuk bersaing," kata dia.
Sebagai contoh, persentase jumlah perempuan di dewan pada perusahaan Perancis meningkat menjadi 25 % pada 2012 dari sebelumnya hanya 13% pada 2010.
Meski secara global hingga kini, komposisi kaum perempuan yang memegang peran sebagai manajemen senior hanya 24%. Bahkan di negara kelompok G7, mencakup Kanada, Perancis , Jerman , Italia , Jepang , Inggris dan Amerika Serikat, porsinya hanya 21%.
Â