Harga Gas Rp 3.100, Bagus Buat Konsumen tapi Bukan Produsen

Akses memperoleh BBG harus menjadi prioritas utama dalam penetapan kebijakan dual fuel.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 28 Mar 2014, 16:42 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2014, 16:42 WIB
DPRD DKI: Hibah Bus Tetap Harus Ber-BBG
Hal ini diatur oleh Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 Pasal 20 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Liputan6.com, Jakarta Usulan penggunaan dual fuel yakni bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar gas (BBG) pada mobil baru di tahun depan mesti dibarengi dengan ketersediaan suplai gas yang memadai. Selain itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga mengusulkan agar harga jual BBG naik.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, akses memperoleh BBG harus menjadi prioritas utama dalam penetapan kebijakan dual fuel tersebut.

Dia menyarankan supaya pemerintah menggalakkan konsumsi BBG di dalam negeri, sehingga produsen tak melulu memilih ekspor gas ke luar negeri ketimbang memasarkan di Indonesia.

"Nanti kalau sudah jelas ada permintaan, bisa diarahkan supaya (gas) stay di dalam negeri. Lagipula ekspor gas ke depan kurang prospektif karena makin banyak suplai gas dari berbagai negara, jadi kita lebih baik fokus ke dalam negeri untuk transportasi," jelas Bambang di kantornya, Jumat (28/3/2014).

Bambang juga menilai harga jual BBG di Indonesia saat ini masih terlampau rendah bagi para produsen. Sehingga dia mengimbau agar kementerian terkait untuk mempertimbangkan harga jual gas.

"Kalau harganya Rp 3.100 kelihatannya masih murah sehingga produsen jadi tidak menarik karena kerendahan. Harga ini bagus buat konsumen tapi buat produsen jadi minta subsidi," keluhnya.

Dia mendesak agar harga jual BBG naik, namun masih kompetitif atau lebih rendah dibandingkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 6.500 per liter. Sayang, Bambang enggan memberikan perkiraan harga jual gas yang ideal bagi para produsen dan konsumen.

"Naikkan saja harga gas supaya produsen merasa marjinnya cukup. Cari rasionya terhadap BBM bersubsidi saja yang tidak memberatkan konsumen tapi menguntungkan bagi produsen. Tapi harus lebih rendah dari harga BBM subsidi," terangnya.

Pasokan gas dan harga kompetitif, menurutnya, bukan saja dapat dilakukan oleh PT Pertamina (Persero), tapi juga produsen lain yang tertarik berbisnis gas di Tanah Air.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya