Gara-gara RI, Harga Nikel Dunia Bakal Terus Naik

Karena larangan ekspor mineral mentah, harga nikel diprediksi semakin meroket dalam tiga atau enam bulan ke depan.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 17 Apr 2014, 14:34 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2014, 14:34 WIB
Tambang Freeport
Ilustrasi Pertambangan (Foto:Antara)

Liputan6.com, Washington Bank investasi asal Amerika Serikat (AS) Goldman Sachs mengumumkan telah memperbarui prediksi harga nikel selama dua kuartal ke depan terkait penerapan larangan ekspor mineral di Indonesia. Harga nikel diprediksi semakin meroket dalam tiga atau enam bulan ke depan.

Seperti dikutip dari Platts, Kamis (17/4/2014), perusahaan perbankan global itu mencatat, harga nikel telah mengalami kenaikan hingga 25% sejak awal tahun. Harganya naik dari US$ 14 ribu/metrik ton menjadi sekitar US$ 17.500/metrik ton.

Bahkan pada awal pekan ini, harga nikel di London Metal Exchange diperdagangkan di level tertinggi sejak Februari 2013 sebesar US$ 17.917/metrik ton.

"Kami memprediksi harga nikel dalam tiga bulan ke depan menjadi US$ 18 ribu per metrik ton (dari US$ 14.500 per metrik ton) dan proyeksi kami untuk enam bulan ke depan, harga nikel akan terus naik menjadi US$ 20 ribu per metrik ton (dari US$ 15 ribu per metrik ton)," ungkap manajemen Goldman Sachs.

Meski demikian, para ekonom di perusahaan perbankan global itu mengaku tidak mengubah prediksinya untuk harga nikel di akhir tahun.

"Prediksi harga nikel selama satu tahun masih berada di level US$ 16 ribu per metrik ton (dengan perkiraan pemerintah Indonesia dapat menyelesaikan isu mengenai pasokan secepat mungkin)," terang para ekonom di Goldman Sachs.

Bank investasi itu mencatat hasil pemilihan umum Indonesia dan kurangnya kejelasan perundangan dapat membuat presiden baru serta koalisinya menahan larangan ekspor mineral dari Indonesia.

Selain itu, kekhawatiran mengenai potensi gangguan pasokan nikel Rusia dan saksi ekspor yang dikenalan pada negara tersebut dapat menjadi tambahan pemicu naiknya harga nikel di dunia.

Meski demikian penurunan harga nikel masih dimungkinkan menyusul aksi protes yang digencarkan para pekerja tambang, upaya lobi dan kekhawatiran kehilangan pendpatan ekspor di Indonesia.

Goldman Sachs memprediksi harga nikel akan normal kembali pada pertengahan 2015. Saat ini, China digadang-gadang sebagai negara yang potensial guna memenuhi kekurangan pasokan nikel di kancah global.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya