Pertamina Sanggup Siapkan Cadangan Strategis Minyak

Kebutuhan BBM Indonesia pemasaran dan penjualan 185 ribu kiloliter (kl) dalam satu hari. Stok nasional rata-rata sekitar 18 hari-20 hari.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jun 2014, 15:52 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2014, 15:52 WIB
Kilang Minyak
(Foto: presstv.ir)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan sanggup untuk mengadakan strategic petroleum reserves (SPR) atau cadangan strategis sebagai upaya memperkuat kedaulatan energi Indonesia. Dengan kesanggupan itu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini dapat mengelola kekayaan alam Indonesia daripada diserahkan ke asing.

Direktur PT Pertamina (Persero) Hanung Budya menuturkan, ada anggapan keliru kalau Pertamina belum sanggup dapat menyiapkan cadangan strategis minyak nasional. Dia mengibaratkan, Pertamina sebagai gudang peluru bila sampai jatuh ke tangan asing maka kemandirian dan kedaulatan energi Indonesia dapat hancur. Selain itu, BUMN energi ini telah memiliki banyak pengalaman untuk menyalurkan BBM subsidi dan non subsidi di Indonesia.

"Berikan kesempatan untuk kelola sumber daya migas. Pertamina representasi bangsa indonesia. Pertamina bisa jadi lokomotif bangsa ini. Pertamina bisa pasok energi dan bangun kilang. Siap ambil peran strategic petroleum reserves," ujar Hanung, Selasa (17/6/2014).

Menurut Hanung, pandangan Pertamina tidak memiliki dana untuk menyiapkan cadangan strategis minyak nasional juga hal keliru. Pertamina dapat bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memperkuat kedaulatan energi. Hanung menambahkan, masalah energi merupakan suatu kedaulatan bangsa sehingga diharapkan dikendalikan oleh bangsa sendiri.

"Pembangunan distribusi BBM tanpa melibatkan Pertamina merupakan hal keliru. SPRP ini penting. Saya tak akan menggadaikan kedaulatan energi. Pertamina telah puluhan tahun salurkan BBM hingga pelosok," tutur Hanung.

Hanung menuturkan, Pertamina memiliki tanggung jawab untuk menyalurkan BBM  subsidi dan non subsidi hingga pelosok daerah. Tanggung jawab itu menyangkut hajat hidup masyarakat Indonesia.

Namun sayang Indonesia belum memiliki cadangan strategis minyak nasional. Rata-rata stok operasional energi nasional hanya untuk 18 hari-20 hari. Padahal negara kecil seperti Myanmar dan Laos memiliki cadangan operasional hingga 90 hari dan Jepang empat bulan.

"Kebutuhan BBM Indonesia pemasaran dan penjualan 185 ribu kiloliter (kl) dalam satu hari. Stok nasional rata-rata sekitar 18 hari-20 hari. Sejak 20 tahun lalu stok BBM Pertamina bisa 35 hari," ujar Hanung.

Sisi lain menurut Hanung, konsumsi energi di Indonesia juga naik sekitar 8 persen hingga 12 persen dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan konsumsi energi itu tak diimbangi dengan pembangunan infrastruktur.

"Bila tak menambah infrastruktur BBM maka stok BBM Pertamina akan tersisa 10 hari. Apa yang terjadi dengan Indonesia bila stoknya hanya 10 hari," kata Hanung.

Oleh karena itu, Pertamina menambah fasilitas distribusi BBM dan memodernisasi kilang minyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi masyarakat Indonesia.

Pertamina telah menargetkan penambahan kapasitas penampungan bahan bakar minyak sebesar 1,25 juta kl menjadi 5,97 juta kl hingga 2018 yang tersebar di Indonesia bagian Timur, Tengah, maupun Barat. Untuk fasilitas retail, Pertamina tahun ini akan menambah sebanyak 226 outlet, mulai dari stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), Agen Premium dan Minyak Solar (APMS), serta Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN). (Ahm/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya