RI Alami Backlog Rumah 400 Ribu Tiap Tahun

Permintaan akan rumah yang terus meningkat setiap tahun tidak mampu diimbangi pembangunan rumah.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Jun 2014, 16:06 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2014, 16:06 WIB
Pembangunan Perumahan
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahun di Indonesia tidak mampu diimbangi dengan ketersediaan rumah sebagai kebutuhan vital masyarakat.

Akibatnya terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan akan rumah (backlog) yang tinggi hingga saat ini.

Kepala Bidang Pola Bantuan Pembiayaan Pengembangan Kawasan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Samson Sibarani mengatakan permintaan akan rumah yang terus meningkat setiap tahun tidak mampu diimbangi pembangunan rumah yang dilakukan pemerintah maupun pengembang.

"Saat ini biaya pembangunan rumah terus naik, ini tidak seimbang dengan kenaikan income masyarakat. Sedangkan pasokan rumah dari pengembang juga tidak mencukupi," ujarnya dalam diskusi di Kantor Asbanda, Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Dia mengungkapkan pada 2010 saja, backlog rumah mencapai 13,6 juta unit dengan kebutuhan rumah tiap tahunnya yang mencapai 800 ribu unit.

Sedangkan tiap tahun kemampuan pengembang dan pemerintah dalam penyediaan rumah bagi masyarakat hanya sebanyak 400 ribu unit.

"Dari 400 ribu unit itu, 250 ribu unit dibangun oleh pengembangan dan 150 ribu unitnya oleh swadaya masyarakat," lanjutnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Raharjo Adisusanto. Dia menyatakan hingga saat ini jumlah backlog rumah telah mencapai 15 juta unit.

Menurutnya, kekurangan akan kebutuhan rumah ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk serta kurangnya kemampuan pemerintah dan pengembang untuk membiayai pembangunan rumah.

"Pertumbuhan penduduk kita sebesar 1,5% per tahun. Sedangkan suplai rumah hanya 300 ribu-400 ribu unit per tahun sehingga backlock-nya bertambah tiap tahunnya. Dari sisi pembiayaan, KPR ini menggunakan pendanaan jangka panjang. Sedangkan perbankan masih menggunakan pendanaan jangka pendek. Itu sulit," tandas dia. (Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya