Pesta Bola Dunia Dorong Ekspor Pakaian Olahraga RI Naik 10%

Ekspor pakaian olah raga untuk keperluan piala dunia 2014 yang terbesar bukan lagi dari China, tetapi Vietnam.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Jun 2014, 16:23 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2014, 16:23 WIB
Adidas
upperreserved.com

Liputan6.com, Jakarta - Gelaran Piala Dunia 2014 yang berlangsung di Brasil membawa keuntungan bagi industri produk pakaian jadi di dalam negeri. Gelaran ini dinilai mampu meningkatkan ekspor pakaian olahraga asal Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengatakan, perhelatan pesta bola dunia mampu meningkatkan ekspor pakaian olah raga terkenal yang diproduksi di Indonesia sebesar 10%.

"Produsen sport, meningkat seperti buyer dari merk-merk Adidas, Puma, Nike. Itu rata-rata ada peningkatan ekspor 10%," ujar Ade usai konferensi pers di Kantor API, Gedung Surveyour Indonesia, Jakarta, Senin (30/6/2014).

Ade menjelaskan, lonjakan permintaan ekspor tersebut terbilang kecil karena saat ini kebanyakan produk pakaian olahraga yang diekspor untuk keperluan Piala Dunia berasal dari Vietnam.

"Karena mereka (Adidas, Puma dan Nike) tidak menetapkan ordernya pada satu negara saja, tetapi pada di beberapa negara seperti Vietnam dan China. Bahkan sekarang yang terbesar itu dari Vietnam bukan lagi China," kata dia.

Meski demikian, menurut Ade, peningkatan ekspor ini hanya terjadi pada industri pakaian jadi atau garmen. Sedangkan industri yang menghasilkan bahan kain justru mengalami penurunan ekspor.

"Kalau Piala Dunia, garmen yang meningkat tapi tekstil malah menurun ekspornya. Karena ada kenaikan listrik jadi tidak seimbang," lanjutnya.

Selain itu, diakui Ade pabrik garmen yang mempunyai kualitas baik tidak memperuntukkan produksinya untuk pasar dalam negeri, tetapi untuk pasar ekspor.

"Jadi memang mereka tidak menjual didalam negeri tapi orietasi ke ekspor. Makanya mereka dia tidak akan berurusan dengan masalah-masalah seperti bea masuk anti dumping. Tetapi untuk bisa ekspor memang tidak mudah, kalau cost-nya mahal, logistik mahal, itu harus bisa diakali," tandas dia. (Dny/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya