Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior Standar Chartered Bank Fauzi Ichsan menilai resesi dan gagal bayar yang terjadi di Argentina tidak akan memberikan dampak bagi Indonesia. Hal ini karena apa yang terjadi di negara tersebut berbeda dengan yang pernah terjadi di negara lain.
"(Dampak bagi Indonesia) sangat kecil. Argentina itu kasus spesial dan spesifik. Itu sudah diamati oleh investor," ujarnya di Jakarta, Selasa (5/8/2014).
Namun menurut Ichsan, Argentina akan mengalami kesulitan untuk kembali bangkit setelah terjadi masalah gagal bayar ini.
Hal tersebut lantaran Argentina tidak mengikuti program dari IMF sehingga akan kesulitan saat melakukan restrukturisasi utangnya.
"Masalahnya Argentina itu tidak ikut program IMF. Kalau ikut, waktu restrukturisasi utang itu harus ikut program IMF. Kalau di luar itu, artinya dia negosiasi masing-masing, terserah investornya," lanjut dia.
Dia menjelaskan, jika sebuah negara menjadi anggota IMF dan menghadapi krisis, maka kreditor akan lebih lunak untuk melakukan merestrukturisasi utang. Ini karena ada keyakinan pemerintah di negara tersebut akan melakukan reformasi ekonomi.
"Seperti Irlandia, Portugal, mereka kan ikut IMF. Kreditor melihat negara ini oke akan melakukan reformasi ekonomi, melakukan pengetatan dan sebagainya. Ada jaminan bagi investor jika negara itu ikut program IMF. Kalau Argentina ini jaminannya tidak ada," jelas dia.
Apa yang dialami oleh Argentina saat ini bisa saja berujung seperti krisis Yunani beberapa waktu lalu. Namun, Ichsan meyakini Indonesia tidak akan mengalami hal tersebut karena kondisi makro ekonomi Indonesia yang saat ini jauh lebih baik dari Argentina.
"Bisa saja (seperti krisis Yunani), tapi kembali lagi, kalangan investor sejak 2000-an sudah melihat. Tapi makro ekonomi Indonesia masih lebih baik dari Argentina, kecuali hanya satu yaitu soal subsidi BBM," tandasnya. (Dny/Nrm)