Virus Ebola Ganggu Pertumbuhan Ekonomi Afrika

Menteri Perdagangan Nigeria, Olusegun Aganga memperkirakan, wabah virus Ebola tidak berdampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Agu 2014, 21:17 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2014, 21:17 WIB
Kemenkes Terus Pantau Virus Ebola di Afrika
Meskipun belum masuk wilayah Asia, perkembangan virus ebola terus dipantau oleh Kementerian Kesehatan hingga saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Wabah Ebola  telah menganggu bisnis dan menimbulkan kerusakan ekonomi di tiga negara Afrika yaitu Guinea, Sierra Leone dan Liberia.

Hal ini ditunjukkan dari sejumlah perusahaan yang menghentikan sementara aktivitas bisnisnya di negara tersebut. Caterpillar telah mengevakuasi beberapa karyawan dari Liberia.

Lalu Canadian Overseas Petroleum Ltd menghentikan proyek pengeboran. British Airways membatalkan penerbangan ke wilayah tersebut. Sementara itu, ExxonMobil dan Chevron sedang menunggu pernyataan pejabat kesehatan apakah wabah itu sudah sangat berbahaya.

Wabah Ebola telah merenggut hampir 1.000 nyawa. Akan tetapi sejauh ini analis menilai, krisis kesehatan itu tidak mengancam perekonomian Afrika dan global yang lebih luas.

"Kami harus pastikan bahwa semua hal itu sudah terkendali. Saya tidak berpikir ini akan memiliki dampak jangka panjang untuk ekonomi," tutur Olusegun Aganga, Menteri Perdagangan Nigeria, seperti dikutip dari laman ABC News, Minggu (10/8/2014).

Bank Dunia memperkirakan, wabah virus Ebola akan menyusut pertumbuhan ekonomi di Guinea dari 4,5 persen menjadi 3,5 persen pada 2014. Ekonom IHS Global Insight yang fokus di wilayah sub-sahara Afrika, Ama Egyaba Baidu memotong pertumbuhan ekonomi Liberia dan Sierra Leone.

Ia memperingatkan, harga makanan akan naik dan menjadi langka. Selain itu, pemerintah juga rapuh untuk mengatasi defisit anggaran yang besar dalam memerangi wabah virus Ebola. Baidu-Forson menuturkan, negara yang terkena Ebola pun akhirnya memerlukan bantuan keuangan dari Dana Moneter Internasional/IMF.

Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia/WHO mengumumkan wabah darurat kesehatan masyarakat internasional. WHO tidak merekomendasikan perjalanan dan larangan perdagangan. Akan tetapi, siapa pun yang punya hubungan dekat dengan pasien Ebola untuk menghindari perjalanan internasional.

"Ketika wabah Ebola semakin luas maka menimbulkan kepanikan. Orang-orang tidak akan pergi bekerja. Ekspatriat akan pergi. Kegiatan ekonomi akan melambat, dan lahan pun tidak ditanam," ujar John Campbell, Senior Fellow for Africa Studies at the Council on Foreign Relations.

Managing Director Verod Capital, Danladi Verheijen menuturkan, wabah Ebola tidak terlalu mempengaruhi ekonomi terbesar di Afrika Barat, Nigeria, meski pun penyakit ini telah menyebar ke negara itu.

"Ini tidak akan menghentikan perdagangan. Sejumlah penerbangan masih pergi ke Nigeria," ujar Danladi.

Berikut tanggapan dan tindakan perusahaan multinasional yang melakukan bisnis di negara Afrika tersebut:

1. Produsen alat berat Caterpillar Inc telah mengevakuasi 10 orang dari Libersia. Juru bicara perusahaan Barbara Cox menyatakan, kesehatan dan keselamatan karyawan adalah prioritas utama. Pihaknya pun akan terus memantau situasi dengan cermat.

2. British Airways telah mengumumkan menangguhkan penerbangan ke dan dari Liberia dan Sierra Leone. Hal itu karena situasi kesehatan dan masyarakat yang memburuk di kedua negara.

3. Tawana Resources, perusahaan bijih besi Australia menuturkan, pihaknya telah menghentikan semua kegiatan bidang non esensial di Liberia. Pihaknya juga mengirim pekerja non Afrika, ekspatriat dan kontraktor untuk kembali.

4. Perusahaan tambang yang berbasis di London telah mulai memberlakukan pemeriksaan kesehatan dan larangan perjalan bagi karyawan di wilayah tersebut.

5. Canadian Overseas Petroleum yang berbasis di Calgary telah menghentikan pengeboran di Liberia. Beberapa karyawan asing pun telah meninggalkan negara itu.

6. ExxonMobil pun menyatakan, kantornya tetap buka. Akan tetapi, pihaknya telah mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan karyawannya. Perusahaan ini memiliki kantor di Liberia, Nigeria, dan beberapa negara Afrika lainnya.

7. Chevron yang memiliki kantor di Monrovia, ibu kota Liberia, sedang dalam proses eksplorasi minyak lepas pantai Liberia. Pihaknya menyatakan akan terus memonitor wabah virus Ebola di Afrika Barat.

Namun perusahaan itu tidak akan mengatakan, apakah itu menarik diri setiap karyawan atau mengambil langkah-langkah lain sebagai akibat dari wabah itu. (Ahm/)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya