Dahlan Iskan: Karen Sudah Berkali-kali Minta Mundur

Tahun lalu, Karen meminta agar masa jabatannya sebagai Dirut Pertamina tidak diperpanjang.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Agu 2014, 11:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2014, 11:00 WIB
Karen Agustiawan
Karen Agustiawan (FOTO : Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Karen Agustiawan akhirnya mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) mulai 1 Oktober 2014. Keputusan itu akhirnya direstui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang sudah berkali-kali menolak permintaan Karen tersebut.

"Memang betul bahwa Dirut Pertamina mengundurkan diri dan sebetulnya Ibu Karen sudah berkali-kali minta mundur. tapi saya tolak dan selalu saya pertahankan," kata Dahlan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (18/8/2014).

Keinginan mundur tersebut, lanjut Dahlan, pernah disampaikan Karen saat masa jabatannya habis pada Maret tahun lalu. Wanita kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 itu meminta agar masa jabatannya tidak diperpanjang.

"Beliau ingin berhenti, tapi sampai saat itu saya perpanjang," tutur dia.

Kini, Dahlan tidak mampu lagi menahan Karen agar tidak mundur dari jabatannya. Namun, Dahlan meminta supaya Karen tidak mundur dalam waktu dekat. Akhirnya Karen setuju akan lengser dari jabatannya mulai 1 Oktober 2014.

Menurut Dahlan, alasan Karen mundur dari jabatannya yaitu karena ingin fokus mengurus keluarga. Di samping, dia juga ingin berbagi ilmu yang dimilikinya lewat mengajar.

"Beliau sudah diterima mengajar di Harvard, Boston, dan sudah disurati terus kapan bisa mulai mengajar," tutur dia.

Selanjutnya: Karen Bawa Pertamina Masuk Fortune 500

Bawa Pertamina Masuk Fortune 500

Bawa Pertamina Masuk Fortune 500

Karen merupakan wanita pertama yang memimpin Pertamina. Dia diangkat sebagai Dirut untuk menggantikan Ari H. Soemarno pada 2009.

Sosok Karen mulai bersinar dan menarik perhatian perusahaan Migas raksasa dunia ketika berhasil melakukan akuisisi sejumlah korporasi di luar negeri.

Salah satu prestasi besarnya adalah pembelian aset milik Conoco Phillips di Aljazair. Karen juga menjadi tokoh di balik pembelian saham ladang Migas milik Exxon Mobile di Irak.

Tak hanya itu, Karen juga sanggup membawa Pertamina kembali masuk dalam daftar 500 perusahaan yang mampu mencetak pendapatan terbesar di dunia atau diistilahkan Fortune Global 500.

Pertamina yang berada di posisi 123 mengalahkan beberapa perusahaan dunia lain seperti PepsiCo yang ada di peringkat 137, Unilever yang ada di peringkat 140, Google yang ada di posisi 162 dan Caterpillar yang ada di peringkat 181.

Pada tahun fiskal 2013, Pertamina berhasil membukukan total pendapatan sebesar US$ 71,1 miliar, meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat US$ 70,9 miliar.

Laba bersih pada tahun 2013 meningkat 11 persen menjadi US$ 3,07 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,77 miliar, kendati masih mengalami rugi sebesar Rp 5,7 triliun pada Bisnis LPG non subsidi 12 kilogram (kg).

Dengan pencapaian ini, maka Pertamina berhasil mempertahankan kinerja keuangan yang positif dalam 5 tahun terakhir di mana laba bersih perusahaan meningkat hampir 97 persen dibandingkan laba tahun 2009 yang tercatat sebesar US$ 1,55 miliar.

Selanjutnya: Profil Karen

Profil Karen

Profil Karen

Lulusan Sarjana Teknik Fisika ITB ini memulai kariernya di Mobil Oil Indonesia sebagai system analyst dan programmer pada tahun 1984.

Sebelum menjadi Dirut Pertamina, Karen pernah bekerja sebagai System Analyst dan Programmer di Mobil Oil Indonesia (1984-1986), Seismic Processor dan Quality Controller di Mobil Oil Indonesia (1987-1988), pindah tugas ke Mobil Oil Dallas USA (1989 -1992).

Lalu ia kembali ke Mobil Oil Indonesia sebagai Project Leader di Exploration Computing Department (1992-1996), Mutual Agreement Separation Package Mobil Oil Indonesia (1996-1998), bergabung dengan CGG Petrosystems di Indonesia sebagai product manager aplikasi G&G dan data manajemen (1998), bergabung dengan Landmark Concurrent Solusi Indonesia sebagai domain specialist (1998-1999).

Di tempat yang sama sebagai business development manager (2000-2002), bergabung dengan Halliburton Indonesia sebagai Commercial Manager for Consulting and Project Management (2002-2006), Staf Ahli Direktur Utama bidang Hulu PT Pertamina (Persero) (2006-2008), dan menjabat sebaga Direktur Hulu Pertamina, baru kemudian menjadi orang nomor 1 di Pertamina. (Yas/Ndw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya