Penunjukan Ari Soemarno Jadi Satgas Anti Mafia Migas Tuai Protes

Tim Transisi menunjuk mantan Dirut Petral dan Pertamina Ari Soemarno sebagai Ketua Satgas Anti Mafia Migas.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 29 Sep 2014, 09:45 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2014, 09:45 WIB
Proyek Migas
(Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Tim Transisi menunjuk mantan Dirut Petral dan Pertamina Ari Soemarno sebagai Ketua Satgas Anti Mafia Migas. Penunjukan ini diumumkan langsung oleh sang kakak yang juga Kepala Rumah Transisi Rini Soemarno. Penunjukan ini juga banyak menuai protes.

Tim Riset Global Future Institute Ferdiansyah Ali menuturkan, kemunculan Ari Soemarno nampaknya akan mengundang kontroversi dari berbagai kalangan pelaku Migas dan Stakeholder Energi pada umumnya. Sebab alumni Universitas Aachen, Jerman, pernah juga dipercaya sebagai Staf Khusus Direktur Hilir dan Direktur Utama Petral.

"Dengan demikian, terkait strategi apa yang hendak dia lakukan untuk menangani berbagai masalah krusial Migas, pastinya ada beberapa cerita lama terkait perannya di Petral di masa lalu, yang kiranya menarik untuk diungkap," kata Ali di Jakarta, Minggu (28/9/2014) malam.

Dirinya menjelaskan, Menteri BUMN Dahlan Iskan sempat menggagas hal yang cukup menarik. Dahlan menggagas agar Pertamina membeli minyak langsung dari sumbernya. Bukan dari pihak ketiga seperti Petral.


"Masalah krusial dari gagasan Dahlan ini adalah, hal ini tidak mungkin bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Sebagaimana diakui sendiri oleh Dahlan Iskan, Pertamina perlu waktu untuk mencari posisi kilang atau sumber kilang dunia," kata Ali.

Gagasan Tim Transisi yang sempat terlontar untuk membubarkan Petral dengan kondisi seperti itu dinilai tanpa ada konsepsi yang strategis untuk memenuhi pengadaan minyak sesuai meningkatnya kebutuhan konsumsi minyak masyarakat Indonesia. Gagasan pembubaran Petral justru akan mengundang berbagai kecurigaan dan sinisme, ketimbang solusi pemecahan jangka pendek dan menengah.

"Katakanlah dengan pembubaran Petral, kita masih tetap harus mengimpor minyak, lalu siapa yang dalam jangka pendek harus menggantikan peran yang selama ini dimainkan oleh Petral?" lanjutnya.

Menurut Ali, Integrated Supply Chain (ISC) merupakan jantung mafia migas di Pertamina yang selama ini melakukan kontrol pengawasan terhadap Petral sehingga ISC Pertamina inilah yang menguasai Petral. Jika dilihat, Pencetus ISC pada 2008 adalah Ari Soemarno. Karena itu, Ari dianggap paling mengerti seluk beluk ISC.

"ISC terdiri dari 3 orang Board (Dewan), 3 Direksi dan 1 orang Koordinator. Dengan demikian, melalui ISC Pertamina inilah skema tata kelola Migas Ari Soemarno ke depan nampaknya patut kita cermati. Karena ternyata ISC punya kekuasaan yang sangat kuat. ISC ini bisa beri order (pemesanan) via Petral baik yang secara periodik maupun ad hoc. ISC ini pula punya wewenang untuk menentukan pemenang dan penetapan harga di dalam tender Petral," jelas Ali.

Karena itu pula, kata Ali, anggapan yang berkembang saat ini adalah pembubaran Petral pada justru akan mengkondisikan Ari Soemarno menjadi penguasa Migas baru.

"Ari Soemarno ketika masih Dirut Pertamina sempat mengklaim, ISC akan membuat pengadaan minyak mentah dan BBM menjadi lebih efisien dan transparan. Sebab, ISC akan menggabungkan fungsi pengadaan minyak mentah dan BBM yang sebelumnya terpisah di bawah kewenangan Direktorat Pengolahan dan Direktorat Pemasaran dan Niaga," tutup Ali. (Ahmad Romadoni/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya