Liputan6.com, Tokyo - Tak hanya merusak lingkungan sekitar, bencana alam juga dapat membuat perekonomian suatu negara terpuruk dan membuat sejumlah perusahaan asuransi menanggung kerugian besar. Salah satu bencana alam dengan tanggungan asuransi terbesar di dunia adalah gempa bumi Tohoku dan tsunami di Jepang pada 2011.
Saking hebatnya, efek gempa bumi di Jepang itu dapat dirasakan di beberapa penjuru dunia. Bahkan setelah tiga tahun berlalu, penduduk di sekitar pusat gempa masih dalam masa pemulihan dari bencana alam.
Dua tahun setelah gempa bumi, sekitar 300 penduduk Jepang yang kehilangan rumahnya masih tinggal di tempat-tempat penampungan. Saking parahnya kerusakan yang disebabkan gempa bumi tersebut, industri asuransi harus mengganti rugi hingga US$ 35 miliar atau Rp 428,4 triliun (kurs: Rp 12.239/US$).
Advertisement
Bagaimana bencana alam itu berdampak pada perekonomian Jepang? Berikut ulasannya seperti dikutip dari CNN, Business Insider, Live Science, dan sejumlah sumber lain, Rabu (8/10/2014):
Gempa bumi hingga tsunami
Gempa bumi hingga tsunami di Jepang
11 Maret 2011 tampaknya menjadi kenangan pahit bagi sebagian besar warga Jepang. Bagaimana tidak, hari itu gempa dahsyat berkekutan 9 Skala Richter menghantam.
Gempa bumi itu lantas menyebabkan tsunami dengan gelombang setinggi 30 kaki yang menghancurkan sejumlah reaktor nuklir di sekitar area terjadinya bencana. Gempa bumi terserbut merupakan yang terbesar keempat sejak 1900-an.
Kekuatan gempa itu membuat peringatan tsunami tersiar dari Jepang hingga Amerika Serikat. Benar saja, sekitar satu jam setelah gempa, gelombang tsunami menyapu kendaraan, rumah, masyarakat, dan membuat sejumlah gedung hingga jalan tol ambruk.
Mengingat area pembangkit listrik tenaga nuklir dekat Sendai juga disapu Tsunami sekitar tujuh ribu warga yang tinggal di sana segera di evakuasi ke tempat penampungan. Dua tahun setelah tsunami terjadi di Jepang, 300 ribu orang masih tinggal di penampungan dan tidak memiliki hunian tetap.
Advertisement
Kerugian dari bencana
Kerugian yang disebabkan gempa bumi dan tsunami Jepang
Jepang tercatat memiliki 54 reaktor nuklir dan 17 pembangkit listrik tenaga nuklir yang memenuhi 30 persen kebutuhan listri masyarakat Jepang saat gempa bumi mengguncing negara tesrebut. Kerusakan material akibat dua bencana dahsyat tersebut diprediksi mencapai US$ 300 miliar.
Empat wilayah terparah yang diguncang gempa dan dirobohkan tsunami adalah Iwate, Miyagi, Fukushima dan Ibaraki. Kerusakan di empat wilayah itu setara dengan 7 persen populasi penduduk Jepang dan kontribusinya terhadap ekonomi negara.
Kerusakan parah akibat hantaman dua bencana besar itu membuat pemerintah kesulitan memprediksi dampaknya pada ekonomi negara. Pada 20 Juni 2011, pemerintah Jepang merilis estimasi kerugian negara yang mencapai sekitar 3,5 persen dari produk domestik bruto Jepang.
Kondisi itu membuat Jepang harus segera merevisi laju pertumbuhan ekonomi negara.
Asuransi tanggung Rp 428,4 triliun
Asuransi tanggung kerugian akibat bencana hingga Rp 428,4 triliun
Dari total kerugian materi mencapai US$ 300 miliar, sejumlah pihak asuransi harus membayar sekitar US$ 35 miliar atau Rp 428,4 triliun. Seluruh dana itu digunakan untuk melakukan pembenahan dan pemulihan kembali dari berbagai kerusakan yang ditimbulkan gempa dan tsunami.
Tak hanya menyebabkan listrik padam di berbagai wilayah, bencana dahsyat itu juga mengganggu perdagangan Jepang. Selain itu dunia pariwisata juga mengalami penurunan turis usai bencana alam menghantam.
Saat itu, para turis dan warga setempat takut terkena radiasi nuklir. Sementara itu, produksi manufaktur juga anjlok parah setelah bencana menghantam.
Seluruh kegiatan ekonomi Jepang terganggu akibat dihantam gempa bumi dan tsunami pada 2011. (Sis/Ndw)
Advertisement