Stok Tumbuh di Atas Perkiraan, Harga Minyak Melandai

Harga minyak mentah jenis Lihgts Sweet untuk pengiriman November turun US$ 1,54 atau 1,7 persen ke level US$ 87,31 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Okt 2014, 06:40 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2014, 06:40 WIB
Kilang Minyak
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, New York - Harga minyak pada Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) mengalami penurunan setelah data mingguan persediaan minyak di Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih tinggi dari yang diperkirakan pada pekan lalu. Kenaikan stok tersebut karena impor mengalami kenaikan.

Mengutip dari Wall Street Journal, Kamis (9/10/2014), harga minyak di AS mengalami penurunan sebesar 21 persen dari harga puncak atau harga rekor yang ditorehkan pada September 2013.

Minyak mentah jenis Lihgts Sweet untuk pengiriman November turun US$ 1,54 atau 1,7 persen ke level US$ 87,31 per barel di New York Mercantile Exchange. Level tersebut merupakan level terendah sejak April 2013.

Sedangkan minyak jenis Brent turun 73 sen atau 0,8 persen menetap di level US$ 91,38 per barel di ICE Futures Europe. Harga tersebut merupakan harga terendah sejak 28 Juni 2012.

Berdasarkan data dari Departemen Energi AS, cadangan minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 5 juta barel menjadi 361,65 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 3 Oktober.

"Persediaan yang ada menimbulkan kekhawatiran akan pelemahan permintaan," jelas Analis Price Futures Group, Chicago, AS, Phil Flynn.

Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) menyebutkan hahwa harga minyak rata-rata akan berada di level US$ 89,37 per barel. Mereka tidak akan menurunkan harga meskipun persediaan melimpah. (Gdn)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya