Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia merilis laporan mengenai daftar negara-negara terbaik untuk berbisnis di dunia. Dari laporan tersebut, Indonesia tercatat hanya menempati urutan 118. Sementara itu, Singapura masih bertahan diurutan pertama dalam daftar tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi mengatakan bahwa banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan agar peringkat Indonesia bisa lebih baik, salah satunya yaitu perbaikan dalam hal regulasi dan perbaikan infrastruktur.
"Infrastruktur di daerah masih minim, tidak ada listrik, jalan juga susah. Bagaimana mau datang investor?" ujar Sofjan di Jakarta, seperti ditulis Jumat (31/10/2014).
Selain itu, perizininan untuk investasi pada daerah tertentu menurut Sofjan memakan waktu yang lama, bahkan bisa mencapai 2-3 tahun karena terlalu banyak instansi yang terlibat. Hal ini juga menjadi faktor penghambat investor untuk datang ke Indonesia.
"Misalnya di sektor pertambangan atau pembangkit listrik butuh 2-3 tahun, terlalu banyak instansi yang terlibat. Kita lebih senang bikin susah investor masuk, dibanding mempermudah, karena ini masalah lama," lanjutnya.
Selain regulasi dan infrastruktur, sumber daya manusia merupakan faktor penentu untuk iklim investasi. Menurut Sofjan, produktivitas tenaga kerja di Indonesia masih rendah, kurang terampil dan kurang kondusif karena seringkali melakukan aksi unjuk rasa.
"Tenaga kerja di sini ribut terus jadi investor takut, masalah keamanan juga penting. Masih kurang disiplin dan produktivitas tenaga kerja kita," katanya.
Dan kendala terakhir yaitu masalah pertanahan dan izin pembebasan lahan sehingga menghambat pembangunan yang direncanakan oleh para investor.
Meski demikian, Sofjan tetap optimis pemerintahan baru bisa membuat peringkat Indonesia meningkat. Dia juga mengingatkan pemerintah agar menyiapkan diri menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Harus ada skala prioritas dalam perbaikan iklim invetasi di Indonesia.
"Kita harus lihat kelemahan paling gawat, kemudian bikin prioritas. Harus ada formasinya," tandas dia.
Seperti diketahui, dalam laporan Bank Dunia bertaju bertajuk 'Doing Business 2015' menyebutkan bahwa Indonesia mencatatkan poin 59,15 di atas Ekuador namun di bawah negara bernama Palau.
Posisi Indonesia ini jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia yang berada pada posisi 18 dan Thailand 26. Bahkan Indonesia juga di bawah Vietnam yang berada di posisi 78.
Penetapan ranking ini menggunakan metrik seperti waktu yang dibutuhkan untuk membuka dan menutup usaha, mendapatkan izin konstruksi, pembayaran pajak, pasokan energi. Kemudian waktu pengiriman barang ekspor dan impor (distribusi) dan lainnya.
"Daftar ini masih sangat mirip dengan tahun lalu. Perekonomian negara dengan posisi di atas 20 terus meningkatkan lingkungan aturan bisnis mereka," jelas laporan tersebut. (Dny/Ndw)