Liputan6.com, Jakarta - Di awal tahun ini, industri keuangan dan industri internet dihebohkan dengan fenomena Bitcoin. Mata uang digital yang tak diakui di banyak negara ini mengalami kejatuhan saat sebuah bank virtual yang melayani transaksi bitcoin dibobol oleh hacker.
Di Indonesia sendiri, transaksi menggunakan Bitcoin sebenarnya tidak diakui. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, Bitcoin bukan merupakan mata uang yang sah. "Jadi segala risiko terkait kepemilikan atau penggunaan Bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik atau pengguna," jelas Direktur Departemen Komunikasi BI, Peter Jacobs.
Namun meskipun tidak diakui, transaksi Bitcoin di Indonesia ternyata cukup besar. "Transaksi bitcoin di Indonesia mencapai US$ 30 ribu hingga US$ 50 ribu per hari," ujar CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan beberapa waktu lalu. Nilai bitcoin di Indonesia juga cukup besar karena setiap 1 bitcoin setara dengan Rp 5,7 juta.
Oscar menambahkan, di seluruh dunia, China menjadi negara yang memiliki jumlah transaksi bitcoin terbesar yang mencapai US$ 2 juta per hari. Sementara itu pengguna paling aktif adalah di Rusia, dengan transaksi US$ 1 juta saban 24 jam. Di Indonesia sendiri, porsi transaksinya hanya sekitar 0,05 persen dari total transaksi di seluruh dunia.
Bahkan, Oscar melanjutkan, meskipun tak diakui secara resmi, Bitcoin Indonesia bakal membangun mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Dua lokasi kemungkinan akan dipilih untuk membangun mesin ATM Bitcoin tersebut. Selain Jakarta, Bitcoin Indonesia berpikir untuk membangun ATM Bitcoin di Bali.
Menanggapi rencana tersebut, BI pun langsung cepat bereaksi. "Seharusnya ATM itu ada izinnya, yang pasti bukan dari BI, BI tidak mengizinkan, kami akan koordinasi dengan instansi terkait," ungkap Peter Jacob kepada Liputan6.com.
Raup Untung
Raup Untung
Di luar kontroversi tersebut, ternyata ada beberapa orang yang sudah bisa mengambil untung dari bertransaksi menggunakan bitcoin. Pada September 2013 lalu, pria asal Mojokerto, Jawa Timur yang menetap di Jakarta, Bayu (32) mengaku begitu tertarik pada mata uang virtual tersebut.
Setelah secara intensif mempelajari bitcoin dari berbagai artikel di internet, dia lalu mulai meraup bitcoin. Tak seperti kebanyakan orang lain, dia mereguk bitcoin pertamanya secara gratis. Tanpa mengeluarkan uang sepeserpun.
Iming-iming dapat meraup keuntungan dalam jumlah besar membuatnya kian menekuni dunia transaksi virtual tersebut. Bayu pun mulai mencoba membeli kebutuhan sehari-hari dengan bitcoin.
Setiap bulan, dia mengaku membeli pulsa Rp 50 ribu dengan bitcoin yang dikantonginya. Dia tak perlu lagi repot-repot mengeluarkan uang tunai dan pergi ke tempat penjualan pulsa.
"Sebulan saya beli pulsa Rp 50 ribu itu harganya 0,0005 btc. Itu saya beli dari penjual online di Facebook, kalau dia pakai akun asli, saya anonymous," jelasnya.
Dia menerangkan banyak cara yang bisa digunakan untuk mengumpulkan bitcoin. Mulai dari bermain game hingga menampung 'recehan' dari sejumlah situs penyedia bitcoin. Recehan yang dimaksud merupakan bitcoin dengan nilai kecil di kisaran satu satoshi (0,000,0001).
Saat ini, penggunakan Bitcoin di Indonesia tak terlihat lagi. Entah, memang sengaja menutup diri karena sampai saat ini belum berizin atau memang alat pembayaran tersebut sudah tidak laku lagi.
Advertisement