Harga Komoditas RI Sulit Meroket Meski Eropa Longgarkan Stimulus

Pelonggaran stimulus pada Maret 2015, kata Bambang, akan menambah aliran modal masuk ke Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 27 Jan 2015, 16:44 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2015, 16:44 WIB
Kelapa sawit
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) untuk melanjutkan kebijakan quantitative easing atau QE sebesar 60 miliar Euro setiap bulan akan memberi keuntungan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun dampaknya diperkirakan tidak akan sebesar pengguliran stimulus The Federal Reserve (The Fed).

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, ECB membuat keputusan untuk membeli aset perbankan dan institusi keuangan di Eropa dalam rangka membangkitkan fungsi intermediasi perbankan di Eropa.  Kebijakan ini sama seperti QE yang pernah dijalankan Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

"Bentuk asetnya sesuai dengan apa yang mereka tentukan, tapi bagaimana bisa menghidupkan perbankan Eropa. Sama seperti QE di AS, akan memberi dampak positif pada ekonomi negara lain termasuk Indonesia. Tapi dampaknya tidak sebesar QE AS waktu lalu," tutur dia di Jakarta, Selasa (27/1/2015).

Pelonggaran stimulus pada Maret 2015, kata Bambang, akan menambah aliran modal masuk ke Indonesia mengingat banyak lembaga keuangan Eropa menanamkan investasi di luar Zona Euro.

Lalu bagaimana pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia? Bambang menegaskan, tak akan berimbas besar pada ekonomi negara ini. Dampaknya diperkirakan baru akan terasa satu sampai dua tahun ke depan seperti kebijakan QE AS.

"Memang tidak sebesar QE AS dampaknya, tapi kalau besaran stimulus ECB dibanding The Fed tak akan membuat harga komoditas booming seperti 2011," ucap Bambang. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya