Liputan6.com, Jakarta - Disparitas harga elpiji bersubsidi dengan non subsidi yang cukup besar diakui menjadi penyebab utama perpindahan atau migrasi masyarakat dalam menggunakan kedua jenis gas tersebut. Karena harga elpiji non subsidi atau elpiji 12 kg cukup mahal, sebagian besar masyarakat memilih untuk menggunakan elpiji subsidi atau elpiji 3 kg.
Direktur Pemasaran PT Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan, meski elpiji 12 kg mengalami penurunan harga beberapa waktu lalu, namun disparitas harga akibat adanya subsidi pada elpiji 3 kg membuat masyarakat yang sebenarnya mampu malah menggunakan elpiji 3 kg atau yang sering disebut dengan elpiji tabung melon tersebut.
"Saat ini, tentu saja karena harga dimana harga elpiji 3 kg sangat rendah dibandingkan elpiji 12 kg. Meski pun elpiji 12 kg kemarin sudah diturunkan Rp 5.400 tetapi harga dasar masih di atas Rp 10 ribu. Kalau dibandingkan, elpiji 3 kg itu baru 40 persen dari elpiji 12 kg," ujarnya di Kantor SKK Migas, Kamis (26/2/2015) malam.
Berdasarkan data yang dimiliki Pertamina, migrasi dari elpiji 3 kg ke elpiji 12 kg sejak awal tahun mencapai 20 persen. Hal ini didorong kenaikan harga pada awal tahun sebesar Rp 1.500 per kg.
"Migrasi terjadi sebesar 20 persen. Ini berdasarkan data Januari-Februari, karena Januari kemarin naik yang 12 kg," lanjut dia.
Untuk mengatasi hal ini, Ahmad mengusulkan kepada Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) agar mengubah tulisan yang tertera di tabung elpiji 3 kg dari sebelumnya 'Elpiji ini dilarang digunakan oleh restoran dan hotel' menjadi 'Elpiji ini hanya untuk orang miskin'.
"Kalau yang kaya mau pakai tabung ini ya harusnya malu. Itu juga kalau pak menteri setuju," kata dia.
Sementara itu, Menteri ESDM, Sudirman Said mengakui sulit bagi pemerintah untuk mengawasi terjadinya migrasi ini. Namun pemerintah hanya berharap kesadaran dari masyarakat yang tergolong mampu untuk menggunakan elpiji 12 kg.
"Kalau ada agen yang bermain, pemerintah bisa beri sanksi. Tapi kalau masyarakat kita menghimbau jangan mengambil yang bukan haknya, karena pemerintah kan tidak bisa jadi polisi di warung-warung (pengecer elpiji 3 kg)," tandasnya. (Dny/Gdn)
2 Bulan, Migrasi Elpiji 12 Kg ke 3 Kg Capai 20%
"Kalau yang kaya mau pakai tabung ini harusnya malu. Itu juga kalau pak menteri setuju," kata Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang.
diperbarui 27 Feb 2015, 09:45 WIBDiterbitkan 27 Feb 2015, 09:45 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 Jawa Tengah - DIYAsam Urat Tinggi? Coba Aneka Jus Ini
4 Jawa Tengah - DIYInilah 5 Makanan di Sekitar Kita yang Bisa Turunkan Kolesterol
5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Program 3 Juta Rumah Bisa Bantu Atasi Kelebihan Pasokan Semen
Cara PHE ONWJ Hijaukan Pesisi Pantai
Kebakaran Terjadi di Belakang Ponpes Yapink Tambun Bekasi
China Kecam Aturan Tarif Baru Donald Trump, Bertekad Ambil Tindakan Balasan
Hasil Riset Terbaru FEB UI Ungkap Hilirisasi Tambang Membangun Masa Depan Ekonomi Inklusif di Indonesia
Hasil BRI Liga 1 Persija Jakarta vs PSBS Biak: Ditahan Badai Pasifik, Macan Kemayoran Gagal Dekati Persib Bandung
VIDEO: UMKM di Tasikmalaya Tertipu Program Makan Bergizi Gratis, Pelaku Catut Nama Mayor Teddy
Apa Arti Cowok Red Flag: Kenali Tanda-tanda dan Cara Menghadapinya
Detik-Detik 9 Rumah Warga Toba Sumut Terbakar, Kerugian Capai Rp2 Miliar
Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembunuhan yang Terjadi di Bengkel Kawasan Ciracas Jaktim
Marak Ban dan Velg Rusak di Tol Cipali, Ini Penjelasan Ahli
ATVSI Apresiasi Upaya Pemerintah Perkuat Perlindungan Anak di Ruang Digital