Liputan6.com, Jakarta - ‎Realisasi deflasi dalam dua bulan berturut-turut pada awal tahun ini dapat menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate). BI diimbau tidak melewatkan momentum baik ini untuk mengambil kebijakan tersebut sebelum kemungkinan inflasi datang kembali.
Ekonom dari Center Of Reform On Economics (CORE) Indonesia, Akhmad Akbar Susanto mengatakan, penurunan BI Rate merupakan sebuah langkah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
"Mumpung deflasi Januari dan Februari ini, diharapkan BI menimbang supaya suku bunga turun. Jadi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja lebih banyak. Memacu juga investasi ketimbang menabung," terang dia di acara Diskusi Publik, Jakarta, Selasa (3/3/2015).
Terkait imbas penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Premium sebesar Rp 200 menjadi Rp 6.800 per liter, kata Akhmad, akan menyumbang inflasi di Maret 2015 meski porsinya hanya kecil. Jika bulan ketiga ini, Indonesia mengecap inflasi, maka momentum BI untuk memangkas suku bunga sudah lewat.
"Penaikannya kan tidak besar, jadi kalaupun inflasi di Maret akan ringan. Jadi momentum deflasi tidak panjang, dan kalau sudah lewat, BI susah lagi menurunkan BI Rate. Karena BI Rate yang tinggi tidak ramah untuk pelaku usaha," tutur dia.
Sementara pemerintah, lanjut Akhmad, ingin memacu sektor industri manufaktur, padat karya demi menyerap tenaga kerja lebih banyak. Dengan demikian, katanya, pengusaha membutuhkan bunga yang kompetitif dan insentif fiskal.
Untuk diketahui, pada Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung pada pertengahan Februari 2015 lalu Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 7,5 persen. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardjojo menjelaskan, kebijakan tersebut diambil dengan keyakinan inflasi akan tetap terkendali dan rendah sehingga berada di kisaran bawah sasaran 4 persen pada 2015 dan 2016.
Kebijakan penurunan tersebut juga dianggap masih sejalan dengan upaya BI untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan pada tingkat yang lebih sehat.
BI melihat bahwa dengan disetujuinya APBN-P 2015, paket stimulus fiskal dan langkah-langkah kebijakan reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan bahwa inflasi akan tetap rendah dan defisit transaksi berjalan terjaga pada tingkat yang lebih sehat. (Fik/Gdn)
Selagi Deflasi, BI Diminta Pangkas BI Rate
Kenaikan harga premium sebesar Rp 200 per liter tidak akan banyak menyumbang angka inflasi pada Maret ini.
diperbarui 03 Mar 2015, 17:17 WIBDiterbitkan 03 Mar 2015, 17:17 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
SMRC: Pramono Anung-Rano Karno Satukan Pendukung Ahok dan Anies di Pilkada Jakarta 2024
VIDEO: Pertamina Pastikan Pertamax Aman Digunakan
Ciri-ciri Kolesterol Tinggi pada Wanita, Waspadai Gejala Ini
Donald Trump Tunjuk Kash Patel Jadi Kepala FBI
Pilkada Depok 2024, Tim Pemenangan Supian-Chandra Sebut Unggul di 6 Kecamatan
Lomba Sihir Meriahkan Nongkrong Bareng Twister di Bekasi
Apa Itu Teori Kontras Wajah yang Jadi Tren Makeup di TikTok?
Program 3 Juta Rumah Didukung Lintas Kementerian, Bakal Berhasil?
Top 3 Tekno: Peluang Finlandia Bangun Pusat Data di Indonesia Terpopuler
CRC: Pasangan Gusnar-Idah Dipastikan Pemenang Pilgub Gorontalo
Kemeriahan Malam Puncak 29th Asian Television Awards
VIDEO: Joe Biden bersama Keluarga Menghadiri Upacaya Penyalaan Pohon Natal di Nantucket