Menperin Saleh Husin Ingin Jepang Tingkatkan Investasi di RI

Investasi tertinggi Jepang di Indonesia adalah industri kendaraan bermotor dan alat transportasi.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Mar 2015, 10:58 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2015, 10:58 WIB
Menteri Perindustrian Resmikan Pabrik Senilai 100 Juta Dolar
Menteri Perindustrian RI, Saleh Husin memberikan sambutan saat peresmian pabrik PT Indo Kordsa Tbk, Bogor, Selasa (6/1/2015). (Liputan6.com/Panji Diksana)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin meminta para pemimpin puncak perusahaan asal Jepang yang berbisnis di Indonesia meningkatkan investasi dan mendongkrak ekspor. Hal itu disampaikan secara langsung di Tokyo saat mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu para pengusaha dan investor Jepang untuk membahas peningkatan kerjasama dan investasi di Indonesia.

Saleh mencontohkan, salah satu perusahaan Jepang, Mitsui yang hampir seratus tahun berinvestasi di Indonesia dan akan terus mengembangkan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dan pelabuhan Tanjung Priok. "Termasuk juga kerja sama investasi dengan Yamaha untuk meningkatkan produksi motor R25 yang berkapasitas mesin 250cc dengan tujuan pasar ekspor ke beberapa negara di Amerika, Eropa dan Jepang," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (15/3/2015).



Menurut Saleh, sektor yang akan dikembangkan diantaranya otomotif, infrastruktur, migas, dan kelistrikan.  "Saya berharap para investor Jepang terus meningkatkan kapasitas produksi dan memperbesar ekspor barang-barang yang diproduksi di Indonesia," lanjutnya.

Hal ini sekaligus diharapkan turut mengembangkan industri nasional, menciptakan nilai tambah, memperluas lapangan kerja, dan menghasilkan devisa. "Jadi tidak hanya memanfaatkan pasar domestik kita, tapi juga punya paradigma ekspor," kata dia.

Selama kuartal pertama hingga ketiga pada tahun 2014, investasi Jepang di Indonesia tercatat sebesar US$ 2,04 milyar. Angka tersebut menempatkan Jepang pada posisi kedua setelah Singapura yang telah menanamkan modalnya di Indonesia sebesar US$ 4,89 miliar pada periode yang sama.

Terkait sektor industri, investasi tertinggi Jepang di Indonesia adalah industri kendaraan bermotor dan alat transportasi serta industri logam dengan nilai investasi sebesar US$ 880,6 juta. Selain itu, industri mesin dan elektronik dengan nilai investasi sebesar US$ 384,5 juta.

Saleh berharap, para investor Jepang terus mengembangkan usahanya di Indonesia, karenanya pemerintah Indonesia terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, antara lain dengan memberikan kemudahan perizinan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM.



Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar US$ 846 miliar dan populasi sebanyak 240 juta, Indonesia merupakan ekonomi dan pasar terbesar di Asia Tenggara.

Perluasan ekonomi di masa mendatang diharapkan dapat mencapai pertumbuhan yang lebih signifikan mengingat PDB per kapita diperkirakan akan tumbuh empat kali lipat pada tahun 2020.

"Pengusaha Jepang menilai Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang sangat potensial. Terlebih lagi aktivitas perusahaan-perusahaan Jepang saat ini memang banyak yang ingin memperluas investasinya ke sejumlah kawasan Asia Tenggara, terutama di Indonesia," ungkapnya.

Berdasarkan ASEAN Business Outlook Survey 2014, Indonesia dinilai sebagai negara paling menarik untuk ekspansi bisnis yang diikuti Vietnam dan Thailand. Diharapkan, Indonesia dapat melanjutkan pertumbuhan ke level yang lebih tinggi sehingga menjadi negara berpenghasilan menengah dan sebagai negara dengan ekonomi terkuat di dunia di samping India dan China.

Dalam kunjungannya ke Jepang ini, sejumlah pimpinan perusahaan besar Jepang yang ditemui antara lain Chairman Inpex Corporation Naoki Kuroda, Representative Director/Executive Vice President Mitsui & Co Ltd Shintaro Abe, dan President Tokyo Gas Michiaki Hirose.

Selain itu, pertemuan tersebut juga dihadiri Dubes RI untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra, Kepala BKPM Franky Sibarani, dan Ketua Tim Ekonomi Wapres Sofjan Wanandi. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya