Terus Merugi, Menteri Rini Diminta Audit Direksi BUMN

Saat ini perusahaan BUMN yang masih merugi adalah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Mar 2015, 19:28 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2015, 19:28 WIB
Said Didu
Said Didu

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa perusahaan BUMN saat ini masih mencatat kinerja keuangan  yang buruk karena merugi. Untuk itu Menteri BUMN, Rini Soemarno diminta untuk melakukan audit kepemimpinan jajaran direksi perusahaan yang bersangkutan.

Mantan Sekretaris Menteri Negara BUMN Muhammad Said Didu mengatakan pemimpin BUMN harus profesional dan tidak boleh diintervensi pihak manapun, terutama di luar koorporasi.

"Itulah bahayanya BUMN diintervensi non-korporat. Tentu itu racun bagi BUMN," jelasnya, Sabtu (28/3/2015).

Dia mencontohkan saat ini perusahaan BUMN yang masih merugi adalah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.

Perusahaan raksasa di bidang pertambangan ini mencatat kerugian perusahan plat merah ini mencapai  Rp 775,28 miliar sepanjang 2014.
Sepanjang pengetahuan dirinya, Antam tidak pernah mengalami kerugian.

Bahkan sejak Antam didirikan belum pernah merugi.  "Jadi sejak kepemimpinan Tato Miraza, Antam mengalami kerugian seperti sekarang," ujar dia.

Menurut Said Didu, hal ini tentu tidak lepas dari faktor kepemimpinan dan Profesionalitas yang dimiliki sang pimpinan di perusahaan tersebut.

"Bagaimanapun keberadaan kepemimpinan ini sangat berpengaruh terhadap segala situasi yang kini melanda Antam. Apalagi ketika disebutkan bahwa Antam sudah tidak bisa menghidupi anak perusahaan," ungkapnya.

Pemimpin itu sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan progress sebuah perusahaan, tidak bisa terpisah satu sama lain.

Said Didu juga mengatakan, dalam memajukan BUMN, ada banyak faktor yang mesti dinilai. Namun dari sekian banyak faktor tersebut, profesionalisme dan kesungguhan pemimpinnya menjadi yang sangat vital.

Dia pun mengusulkan ke depan, untuk menjadi Dirut Antam tidak bisa dengan langsung ditunjuk, tetapi melalui pertimbangan yang matang dan uji kelayakan. Presiden pun tidak boleh langsung comot, harus betul-betul selektif.

"Kalau mau sehat, tentu harus selektif, jangan mengedepankan kepemimpinan yang tidak berkarakter. Apalagi perusahaan seperti Antam, ini sangat disayangkan bila periode ini terulang kembali," imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, sejak Tato Miraza dipercaya memegang tampuk kepemimpinan perusahaan tambang itu pada 30 April 2013, harga saham Antam berada di posisi 1.370 per lembar. Sejak saat itu, harga saham Antam tidak pernah mengalami kenaikan, malah justru mengalami penurunan.

Bulan demi bulan berlalu, namun Tato tidak mampu membawa harga saham pada posisi yang membanggakan. Di dua bulan kepemimpinannya, harga saham Antam terus merosot ke angka 960 per lembar. Hingga saat ini, harga saham perusahaan pelat merah itu malah mengalami keterpurukan dan tak berdaya di angka 860 per lembar. (Yas/Nrm)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya